Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto optimistis dua unicorn baru akan lahir dari Indonesia sebelum 2024. Unicorn adalah sebutan bagi perusahaan rintisan milik swasta yang nilai kapitalisasinya lebih dari 1 miliar dolar AS.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Indonesia memiliki lebih dari 60 juta masyarakat yang memiliki telepon genggam 'smartphone'. Dengan potensi di sini, tidaklah heran kalau dalam waktu cepat Indonesia sudah punya empat unicorn, dan menjadi terbanyak di ASEAN,” kata Menperin lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu, 5 Oktober 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Airlangga menyampaikan hal itu ketika menghadiri acara Millenial Fest Industry 4.0 di Medan, Sumatra Utara.
Menuru Airlangga, melalui penerapan ekonomi digital, diproyeksi mampu mendorong peningkatan pada pertumbuhan ekonomi hingga 1-2 persen, penyerapan tenaga kerja lebih dari 10 juta orang, dan kontribusi industri manufaktur sebesar 25 persen terhadap PDB nasional.
Hal ini disebut sesuai dengan target yang terdapat dalam peta jalan Making Indonesia 4.0. Oleh karena itu, dipilih pula sektor-sektor andalan yang mampu memberikan dampak besar dalam implementasi industri 4.0 di Indonesia.
“Telah dipilih lima sektor yang menjadi prioritas, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, elektronik serta kimia-biokimia,” katanya.
Menurut Airlangga, dalam peta jalan implementasi Industri 4.0 tersebut, telah dipersiapkan berbagai inisiatif strategis untuk masing masing sektor prioritas.
“Kemudian, telah ditunjuk lighthouse atau pabrik percontohan bagi penerapan industri 4.0 yang sudah menggunakan artificial intelligence(AI) dan internet of things(IoT), antara lain Schneider di Batam dan Petrosea di Tangerang, Banten,” ujarnya.
Airlangga mengungkapkan, berdasarkan studi Mckinsey, didorongnya ekonomi digital, Indonesia akan membutuhkan 17 juta tenaga kerja yang melek digital, dengan komposisi 30 persen di industri manufaktur dan 70 persen di industri penunjang.
Sehingga, nantinya mendorong tambahan ekonomi sebesar 150 miliar dolar AS kepada ekonomi Indonesia. “Inilah yang didorong agar kesempatan sebesar 150 dolar AS dalam bentuk ekonomi digital itu dimanfaatkan oleh tenaga kerja dan masyarakat Indonesia. Bisnis ini ada di Indonesia tergantung bagaimana kita memanfaatkannya,” katanya.
Airlangga menuturkan, dalam memaksimalkan potensi digital ekonomi di Tanah Air, Kemenperin juga mendorong startup atau perusahaan rintisan agar mereka mampu mengembangkan Industri Kecil Menengah (IKM) di Tanah Air.