Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
S
ARI Yunus melenggang meninggalkan Blok M Plaza melalui pintu keluar di lantai satu menuju jembatan penghubung stasiun moda raya terpadu. Tangan kirinya menenteng sebuah kantong belanja. Di tangan kanan, sebungkus kudapan dalam genggaman.
Karyawati swasta yang berkantor di Slipi itu baru saja selesai nongkrong di Blok M Plaza saat ditemui, Kamis malam, 9 Mei lalu. Sorenya, hujan deras mengguyur Jakarta. Sari memilih tak langsung pulang menuju rumahnya di kawasan Simatupang.
Setelah bertemu dengan kawannya di mal fX Sudirman, Sari singgah di Blok M Plaza untuk berbuka puasa. Perempuan 50 tahun ini tertarik bergegas ke mal itu karena akses menuju Blok M Plaza yang mudah dijangkau dengan moda raya terpadu (MRT). Sari memang kerap menggunakan transportasi umum seperti bus, kereta, dan taksi untuk bepergian di Ibu Kota. “Saya enggak perlu turun dari stasiun MRT dan hujan-hujanan untuk masuk ke plaza ini,” katanya.
Kini penumpang kereta moda raya terpadu tak perlu bersusah-payah untuk berkunjung ke Blok M Plaza. Stasiun dan mal itu terkoneksi oleh jembatan sepanjang 9,7 meter dengan luas 145 meter persegi. Jembatan ini tembus ke lantai satu sisi timur Blok M Plaza, tepatnya di samping toko Century. Hanya butuh 10-15 menit berjalan kaki dari peron menuju pintu akses mal. Selain mengarah ke pusat belanja, jembatan ini menuntun pejalan kaki menuju Jalan Panglima Polim arah Fatmawati atau ke trotoar Taman Martha Tiahahu yang bersebelahan dengan Terminal Blok M.
Jembatan ini dibuka untuk umum bertepatan dengan peresmian kereta MRT Jakarta bernama Ratangga oleh Presiden Joko Widodo pada 24 Maret lalu. Sebelum peresmian, PT Mass Rapid Transit Jakarta memberi warga kesempatan menguji coba kereta Ratangga gratis pada 12-24 Maret. Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan memperpanjang uji coba gratis itu hingga 31 Maret.
Sejak MRT beroperasi untuk umum, pengelola Blok M Plaza mulai sumringah. Masyarakat berbondong-bondong mengunjungi mal di Jalan Bulungan Nomor 76, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu. Pusat belanja yang pernah kondang sebelum era milenium ini kini hidup lagi. “Saya kira ramai hanya saat MRT pertama beroperasi, ternyata jumlah kunjungannya kembali seperti dulu,” ucap Presiden Direktur PT Pakuwon Jati Tbk Stefanus Ridwan Suhendra saat ditemui di kantornya, Rabu, 8 Mei lalu.
Pakuwon Jati melalui anak usahanya, PT Pakuwon Sentosa Abadi Plaza, membuka pusat belanja tujuh lantai dengan luas pertokoan mencapai 30 ribu meter persegi itu 29 tahun silam. Siti Hartinah, istri mantan presiden Soeharto, meresmikannya setahun kemudian, tepatnya pada 30 Mei 1991. Saat itu hanya ada segelintir pusat belanja di Jakarta Selatan, di antaranya Aldiron Plaza, Melawai Plaza, dan Ratu Plaza. Tak lama setelah Blok M Plaza diresmikan, pengembang Grup Pondok Indah membuka Pondok Indah Mall 1 di kawasan Pondok Indah. Jaraknya sekitar 3 kilometer dari Terminal Lebak Bulus saat itu.
Mengacu pada laporan keuangan Pakuwon Jati, tingkat okupansi Blok M Plaza pada akhir 2015 mencapai 92 persen. Namun, pada saat bersamaan, pemerintah DKI Jakarta sedang membangun moda raya terpadu koridor selatan-utara yang menjangkau Lebak Bulus hingga Kampung Bandan, Jakarta Utara. Sejak itulah manajemen Blok M Plaza berpikir untuk merenovasi ulang plaza, termasuk menambah menara perkantoran di atas pusat belanja retail ini. “Hal ini dilakukan untuk meraih peluang peningkatan pendapatan dari pertumbuhan nilai properti seiring dengan beroperasinya MRT,” demikian dikutip dari laporan keuangan.
Blok M Plaza, Jakarta, 10 Mei lalu./ Tempo/Tony Hartawan
Tiang pancang stasiun MRT Blok M sebetulnya dibangun sejak akhir Oktober 2014. Pembangunan konstruksi ini membuat hampir sebagian fasad dan pintu akses Blok M Plaza tertutup. “Jalan di depan jadi kacau-balau, fondasinya hampir sebagian masuk lahan kami,” kata Ridwan. Kendati demikian, Grup Pakuwon yakin pembangunan tersebut kelak memberikan dampak baik bagi pertumbuhan bisnis Blok M. “Untuk transportasi publik, kami dukung proyek ini.”
Selama lima tahun pembangunan jalur MRT, tingkat keterisian Blok M Plaza anjlok drastis. Mal menjadi sepi karena ditinggalkan pengunjung. Manajemen mencatat, kunjungan paling banyak saat itu 8.000 orang per hari. Banyak pengelola toko angkat kaki karena tak mampu menanggung biaya sewa gerai dan operasional. “Saat itu kami bantu beberapa toko dengan berbagai promosi,” ujar Ridwan.
Manajemen berkali-kali menggelar acara dan program promosi untuk menarik pengunjung dan meningkatkan penjualan para penyewa toko. Undian dan belanja berhadiah uang kembali seperti Jakarta Great Sale dan Midnight Sale, lomba cosplay, serta berbagai pergelaran lain diadakan sepanjang 2015. Hasilnya tak banyak membantu.
Ridwan menyebutkan manajemen menanggung kerugian hampir Rp 400 miliar dalam lima tahun terakhir. Pakuwon Sentosa Abadi Plaza berulang kali menurunkan harga sewa pertokoan untuk mempertahankan penyewa. Tapi tetap saja banyak toko yang terpaksa tutup karena tak mampu menanggung ongkos operasional. Gerai yang bertahan antara lain Matahari Department Store dan Cinema 21.
Tak mau terus-terusan buntung, manajemen Blok M Plaza tak henti berbenah. Pengelola merenovasi toilet dan mengelompokkan gerai berdasarkan barang jualan. Setiap toko juga menawarkan promo khusus kepada pengunjung.
Ketika waktu buka puasa tiba, Kamis, 9 Mei lalu, pengunjung terlihat memenuhi gerai Ta Wan di lobi utama lantai upper ground Blok M Plaza. Restoran dengan menu khas Cina itu terletak bersebelahan dengan kedai kopi asal Amerika Serikat, Starbucks. Di seberangnya, gerai donat dan minuman J.CO terlihat lebih lengang. Beberapa remaja bersandar di sofa berwarna cokelat di antara dinding-dinding kayu dengan sorot lampu kekuningan.
Sejumlah gerai ternama, seperti J.CO dan Starbucks, baru masuk Blok M Plaza pada Januari lalu. Adapun gerai lama seperti Imperial Kitchen dan Excelso merenovasi tampilan tata letak dan pencahayaan. Lampu berpendar kuning menjadi lebih dominan. Sari Yunus menilai Blok M Plaza kini telah berubah menjadi lebih menarik. “Konsepnya lebih hangat,” ucapnya.
Menurut Ridwan Suhendra, manajemen sengaja mengubah konsep mal ini menjadi tempat singgah dan wisata dari pusat jual-beli. Sasarannya adalah remaja dan eksekutif muda yang terbiasa melakukan perjalanan dengan MRT rute Lebak Bulus-Bundaran Hotel Indonesia. “Di sini mereka bisa makan, nonton, ngobrol santai, atau melakukan pertemuan bisnis,” katanya. Saat ini jumlah kunjungan di Blok M Plaza mencapai 25 ribu orang per hari.
Nantinya, Pakuwon juga memperbaiki- area belakang Blok M Plaza untuk dijadikan kawasan pejalan kaki. Kawasan tersebut akan dilengkapi dengan area duduk dan pojok hiburan untuk pertunjukan musik. Menurut Ridwan, titik itu akan menjadi bagian dari simpul transportasi publik atau transit-oriented development Blok M dengan radius 300 meter dari stasiun.
Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta Muhamad Kamaluddin mengatakan berkembangnya pusat belanja di jalur MRT akan meningkatkan volume penumpang harian Ratangga. Selain itu, mal akan memecah kepadatan lalu lintas di sekitar stasiun. “Kepadatan kendaraan penjemput dan pengantar lebih tersebar di area transit, park and ride, serta mal yang terhubung,” tuturnya.
Kepala Riset dan Konsultasi Savills Indonesia Anton Sitorus mengatakan beroperasinya MRT fase kedua rute Bundaran Hotel Indonesia-Kampung Bandan kelak juga akan menghidupkan kembali kawasan bisnis di wilayah utara Jakarta, seperti Gajah Mada dan Glodok. “Asalkan pengelola mal bisa menangkap peluang ini dengan cepat, pasti bisa sunrise lagi,” ujarnya.
PUTRI ADITYOWATI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo