Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Antara 55 tahun

Kantor berita antara merayakan ulangnya tahun ke-55. kantor berita yang punya peran dalam sejarah itu kini tidak defisit lagi. punya penghasilan 2 milyar setahun, dan bisa membuat museum.

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Diam-diam, Adam Malik menelepon kantor berita Antara pada 17 agustus 1945. Waktu itu Bung Karno dan Bung Hatta baru saja memproklamasikan kemerdekaan Indonesia di Jalan Pegangsaan Timur 56. Adam Malik, sebagai wakil pimpinan Umum Antara waktu itu, mendiktekan bunyi proklamasi itu pada Asa Bafagih dan meminta meneruskannya kepada Pangulu Lubis. Padahal pada saat itu Antara adalah bagian dari kantor berita Jepang, Domei. Namun Adam Malik memberikan instruksi agar Pangulu Lubis menyiarkan berita penting itu tanpa izin Hodohan (Badan Sensor Jepang). Berita kemerdekaan menyebar ke seluruh penjuru Indonesia. Pihak Jepang marah tapi, apa boleh buat, mereka memang sudah kalah perang. Potongan sejarah kemerdekaan Indonesia itu bisa disimak di gedung tua kantor berita Antara di Pasar Baru, Jakarta. Pekan lalu kantor tua itu diresmikan menjadi balai peringatan "Graha Bhakti Antara". Ini salah satu mata acara peringatan ulang tahun Antara ke-55 yang jatuh Sabtu pekan silam. Di situ para wartawan muda, yang sekarang menikmati canggihnya komputer, bisa melihat foto-foto dan berita-berita Antara yang berperan dalam pembentukan negeri ini. Juga mesin tik hitam merek Underwood dan teleks yang berjasa mengirim berita pada saat perjuangan. Di sisi lain ada sketsa "Lintasan Sejarah Antara" karya komikus Jan Mintaraga. Kantor berita ini didirikan di Jalan Pinangsia Nomor 30 oleh Adam Malik, Soemanang, Pandu Kartawigoena, dan Albert Sipahoetar. "Kami sengaja memilih teknik komik pop agar museum mini ini menarik bagi anak-anak muda yang biasanya enggan berkunjung ke tempat bersejarah," tutur Oscar Matuloh, Ketua Tim Graha Bhakti Antara. Antara memang bagian dari sejarah republik. Adalah fotografer Antara bernama Abdul Wahab yang berhasil merekam peristiwa perobekan bendera Belanda di pucuk Hotel Yamato. Ia pula yang berhasil mengabadikan pertempuran 10 November 1945. Dan siapa tak kenal Bung Tomo? Ia salah satu pendiri Antara cabang Surabaya. Namun sejarah Antara sendiri tidak semonumental perannya dalam sejarah republik. Ketika Indonesia sudah merdeka dan pers Indonesia mulai tumbuh, Antara malah dirundung defisit dan kemelut. Kendati di tahun 1950-an tercatat ada 64 harian menjadi langganan Antara, pengeluaran dan gaji wartawan tetap tidak tertutup. Keadaan ini semakin kacau karena konflik dalam organisasi redaksi. Di awal tahun 1960-an, konflik itu semakin memanas. Pertikaian antara blok komunis dan non-komunis di lingkungan redaksi meruncing karena perbedaan visi dalam pemberitaan. Siaran kegiatan PKI, SOBSI, Pemuda Rakyat mendapat porsi pemberitaan yang besar. Sedangkan bagi kelompok non-komunis, pemberitaan semacam ini mengkhianati objektivitas pers. Ketika konflik mencapai puncaknya, terjadilah aksi pecat-memecat antar-pimpinan. Presiden Soekarno turun tangan melalui Keputusan Penguasa Perang Tertinggi Nomor 19 Tahun 1962. Beberapa kantor berita saat itu dibubarkan dan disatukan di bawah bendera Antara. Kantor berita ini dinyatakan sebagai lembaga yang langsung bertanggung jawab kepada Presiden RI. Di bawah presiden ada Dewan pengawas yang berjumlah 17 orang yang terdiri dari beberapa menteri dan pejabat tinggi. Inilah awal campur tangan penuh pemerintah dalam semua kebijaksanaan Antara. Baik dalam penunjukan pimpinan umum, pendanaan, dan tentunya pemberitaan. Keadaan itu berlanjut sampai kini. Karena memperhitungkan ancaman komunisme, setelah peristiwa G 30 S-PKI, pimpinan Antara hampir selalu dijabat oleh anggota ABRI. Namun, menurut Menteri Sekretaris Negara Moerdiono, pemilihan ketua sekarang ini tak didasarkan alasan politis. "Yang saya pilih memang yang dianggap mampu," ujar Ketua Dewan Pembina Antara ini. Di masa awal Orde Baru, meski sudah memiliki wartawan profesional, Antara bergantung pada pendanaan pemerintah. Tunjangan ini ternyata tidak cukup untuk menggaji wartawan. "Kami sampai harus rapat tiap tanggal 20 mencari jalan untuk menggaji wartawan," kata M. Chudori, Wakil Pemimpin Redaksi saat itu. Salah satu persoalannya: tak semua pelanggan "ingat" membayar uang langganan. Baru tahun 1988 Antara bisa mandiri secara finansial. Di bawah pimpinan Handjojo Nitimihardjo, kantor berita ini tak defisit lagi. "Ini disebabkan karena ekonomi Indonesia yang membaik," kata Handjojo. Karena 50% dari pelanggan membutuhkan informasi ekonomi dan perbankan, maka penghasilan mengalir dengan deras dari pemberitaan ekonomi. Sekitar 10% pemasukan diperoleh kantor berita ini sebagai distributor berita Reuters. Pemasukan dari pelanggan media massa di Indonesia, sekitar 40%, "Tapi, dari oplah harian yang berjumlah 5,3 juta hanya 2,5 juta yang membayar langganan," kata Handjojo. Dengan keuntungan Rp 2 milyar setiap tahun, wartawan Antara kini sudah menikmati komputer dan kecanggihan sistem parabola (V-Sat) untuk pengiriman berita dan foto. Mereka juga boleh bangga sebagai lembaga pers pertama yang mendirikan Balai Peringatan dan Galeri Fotojurnalistik. Namun Antara masih ingin membuat langkah. "Kami ingin membuat berita-berita dalam berbagai bahasa, selain bahasa Inggris," kata Wakil Pemimpin Pelaksana Redaksi Parni Hadi. LSC, Linda Djalil, dan Sri Wahyuni

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus