Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendapat

Bosnia betulkah konflik agama?

Komentar catatan pinggir goenawan mohamda tentang bosnia. sikap bangsa serbia terhadap bangsa bosnia-hercegovina merupakan refleksi dan pancaran sikap dari proses beragama.

19 Desember 1992 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Catatan Pinggir Goenawan Mohamad tentang "Bosnia" (TEMPO, 21 November 1992) membuat saya ingin "nimbrung" mempersoalkannya. Bahasa analogi yang digunakan Goenawan untuk Serbia, yang disebutnya sebagai bangsa Bigot, membuat saya tambah tertarik lagi. Namun, di tengah-tengah ketertarikan saya dalam membicarakan masalah Bosnia ada suatu keresahan yang mengganjal, yakni betulkah bangsa Serbia beragama Kristen Ortodoks. Kalau memang demikian adanya, maka saya berkesimpulan bahwa sikap bangsa Serbia terhadap bangsa Bosnia-Herzegovina merupakan suatu refleksi dan pancaran sikap dari proses pengejawantahan norma beragama, Kristen Ortodoks. Akan tetapi selama ini yang kita ketahui agama secara umum tidaklah demikian. Agama adalah ibarat perekat yang mampu mengintegrasikan berbagai macam pemahaman dan sikap - sekalipun punya kontroversi tajam. Agama, pemberi sinar terang kepada manusia, yang berspektrum humanistis dan universal. Agama merupakan wahana jalan lurus, yang tidak akan menyengsarakan hati nurani manusia, tapi memberi sinar keadilan. Kalau memang demikian, maka agama Kristen Ortodoks yang dianut bangsa Serbia merupakan agama yang tidak akan memporak-porandakan keutuhan umat manusia, dan tidak akan berhajat untuk menghegemonisasi dan mengintervensi suatu bangsa (kaum). Saya pikir logikanya demikian. Bila dirunut pemahaman terhadap agama seperti di atas, saya pikir bangsa Serbia tidak ingin menjadi Bigot. Karena itu hajat bangsa Serbia, untuk menjadi Serbia Raya di Eropa khususnya, bukanlah pancaran sikap keagamaannya yang ortodoks, tapi Karena faktor kepentingan keduniawian yang lebih kuat. Maka patut kita telusuri apa dibalik keinginannya itu. Dari cara berpikir demikian kita tidak akan langsung berkata bahwa konflik Serbia-Bosnia Herzegovina merupakan konflik agama. Presiden Serbia berkata bahwa itu adalah konflik agama dan kitapun terjebak dan ikut-ikutan menyebutnya konflik agama. Padahal pernahkah Kita berpikir bahwa mereka sesungguhnya hanya ingin merebut simpati Barat, khususnya Eropa dan Amerika. Kita tahu bahwa Bosnia-Herzegovina adalah negara. yang mempunyai "keunggulan komparatif" yang begitu dominan, seperti pada sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Namun Karena keterbatasan dalam mengaktualitaskannya (mengelolanya), maka banyak pihak-pihak yang meliriknya. Dalam kondisi yang demikian Serbia - yang sejak dari sononya ingin menjadi digjaya - tidaklah menyia-nyiakan kesempatan. Dari hasrat dan naluri bangsa Serbia tersebut maka jadilah Serbia sebagai Bigot, sebagaimana yang disinyalir oleh Goenawan Mohamad tadi. MUKHAER PAKKANNA Kelompok Study Tala' Salapang Ujungpandang Jl. Bonto Duri Nomor 3 G. Sari Baru Ujungpandang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus