ANGIN malam sering membuat pikiran jadi kelam. Ini yang dialami dua sabhara dari Kepolisian Wilayah Madura di Pamekasan. Sebut saja Sersan Dua Eki, 27 tahun, dan Lius, 22 tahun, sedang piket, akhir November lalu, dengan paket tugas juga menjaga tahanan. Malam itu hanya Edy Sutikno, 42 tahun, yang ada dalam sel, yang sebulan lalu diringkus karena dituduh sebagai alap-alap mobil. Mulanya sekadar membunuh waktu, iseng kedua polisi ini ngobrol dengan Edy. Sampai Edy menawarkan bisnis. Kalau Eki dan Lius bersedia mengantarnya menagih piutang Edy Rp 10 juta, malam itu juga, mereka akan dihadiahi Rp 200 ribu. Eki dan Lius hanyut. Mengendarai Daihatzu Zebra yang disewa Rp 15 ribu, mereka berangkat ke Sampang, sekitar pukul 20.30. Tiba di alamat yang dituju ternyata teman Edy mengaku tongpes alias bokek. Dia bisa memberi cuma Rp 40 ribu. Edy, yang disemprot Eki dan Lius, belum habis akal. Kedua polisi itu diajaknya ke Surabaya dengan dalih menemui kawan lainnya. Juga untuk menagih utang, dan ini katanya, lebih besar. Namun apes lagi. Yang dicari tak ada di rumah. Edy lalu menjinakkan dua pengawalnya dengan tawaran berwisata ke panti pijat. Cocok. "Hitung-hitung melepas lelah," kata Edy, seperti diceritakan Eki di depan tim pemeriksa. Singkat cerita, mereka pun berlayar di kamar terpisah. Satu jam berlalu. Selesai dipijat kepala dua polisi itu bukannya lebih enteng. Mereka bahkan pusing tujuh keliling. Sebab pesakitan yang mereka kawal lenyap tak tentu rimbanya seraya memboyong mobil sewaan tadi bersama STNK-nya. Kedua polisi itu lalu terpaksa balik ke pangkalan di Pamekasan. Sementara Lius melaporkan kejadian itu, Eki sempat raib. Baru paginya ia dicekal di terminal bis Pamekasan. "Eki bertugas di sini baru beberapa bulan," kata Kepala Kepolisian Wilayah Madura, Kolonel Tri Haryanto. Menurut catatan, Eki pernah dua kali kena sanksi kurungan (masing-masing 20 hari) ketika bertugas di Kepolisian Wilayah Kota Besar Surabaya. Dan dengan kejadian terbaru ini, menurut Tri, "Dia sebenarnya sudah tidak layak menjadi polisi." Sementara Lius, yang baru lulus dari Secaba enam bulan lalu, dinilai Tri cuma ikut-ikutan. Hingga pekan ini, mereka masih diperiksa. Selain itu ada dua lagi anggota regu piket yang diduga terlibat. Tapi siapa yang ikut berkomplot bersama Eki dan Lius, masih belum diungkap. "Kami pasti meneruskan kasus ini sampai ke mahkamah militer," kata Tri kepada K. Candra Negara dari TEMPO. Dan kini Tri juga membentuk tim khusus untuk memburu Edy. Menurut dokumen polisi, Edy adalah otak sebuah komplotan alap-alap mobil. Dia lolos dari tahanan itu, konon, buat kedua kalinya. Uniknya, dia kabur dari sel yang sama. Bagaimana modus pelariannya yang pertama, tidak ada sumber di kepolisian yang mau bertutur.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini