Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Bank Indonesia Laporkan Utang Luar Negeri RI di Triwulan IV 2024 Menyusut

Secara tahunan, pertumbuhan utang luar negeri melambat menjadi 4,0 persen (year on year/yoy), turun dari 8,3 persen (yoy) pada triwulan III 2024.

17 Februari 2025 | 16.18 WIB

Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Peningkatan tingkat inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan baik harga energi dan harga pangan. Yang kemudian ditransmisikan dalam peningkatan komponen volatile food dan administered price. TEMPO/Tony Hartawan
Perbesar
Karyawan melintas di area perkantoran Bank Indonesia, Jakarta, Selasa, 31 Mei 2022. Peningkatan tingkat inflasi ini terutama didorong oleh peningkatan baik harga energi dan harga pangan. Yang kemudian ditransmisikan dalam peningkatan komponen volatile food dan administered price. TEMPO/Tony Hartawan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Utang luar negeri (ULN) Indonesia pada triwulan IV 2024 mencatat tren penurunan. Bank Indonesia melaporkan posisi utang luar negeri Indonesia mencapai US$ 424,8 miliar, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat US$ 428,1 miliar. Secara tahunan, pertumbuhan utang luar negeri melambat menjadi 4,0 persen (year on year/yoy), turun dari 8,3 persen (yoy) pada triwulan III 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Penurunan ini, kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Ramdan Denny Prakoso, dipicu oleh faktor pelemahan rupiah akibat penguatan dolar AS serta penyesuaian utang di sektor publik maupun swasta. Ramdan mengatakan meski utang luar negeri menurun, struktur utang tetap terkendali dan didominasi oleh tenor jangka panjang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Dia turut menyampaikan posisi utang luar negeri pemerintah menjadi US$ 203,1 miliar dari sebelumnya US$ 204,1 miliar. “Secara tahunan, pertumbuhannya melambat menjadi 3,3 persen (yoy) dari 8,4 persen (yoy) pada triwulan III. Faktor utama penurunan ini adalah turunnya posisi surat utang pemerintah akibat apresiasi dolar AS,” kata Ramdan dalam keterangan resmi, Senin, 17 Februari 2025.

Meski demikian, aliran modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) masih mencatat net inflow, menandakan kepercayaan investor terhadap perekonomian Indonesia tetap terjaga. Pemerintah menegaskan komitmennya dalam memenuhi kewajiban pembayaran utang secara tepat waktu serta mengelola utang luar negeri secara pruden, terukur, dan fleksibel.

Dana utang luar negeri pemerintah, kata Ramdan, difokuskan untuk membiayai sektor-sektor produktif. Sebagian besar digunakan untuk Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial (20,8 persen), Administrasi Pemerintah dan Jaminan Sosial (19,7 persen), serta Jasa Pendidikan (16,7 persen).

Di sektor swasta, posisi ULN juga mengalami penurunan menjadi US$ 194,1 miliar, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tercatat US$ 196,3 miliar. Secara tahunan, ULN swasta mengalami kontraksi lebih dalam, yakni -2,2 persen (yoy) dibandingkan -0,6 persen (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Dua sektor utama, yaitu lembaga keuangan dan perusahaan non-keuangan, sama-sama mencatat penurunan masing-masing sebesar 2,5 persen (yoy) dan 2,1 persen (yoy). ULN swasta tetap didominasi oleh sektor Industri Pengolahan, Jasa Keuangan, Pengadaan Listrik dan Gas, serta Pertambangan dan Penggalian, yang mencakup 79,5 persen dari total ULN swasta. Mayoritas utang ini juga berjangka panjang dengan pangsa 76,7 persen.

Bank Indonesia memastikan struktur utang luar negeri Indonesia tetap sehat dengan menerapkan prinsip kehati-hatian. Rasio utang luar negeri terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) menurun menjadi 30,4 persen, dari sebelumnya 31,1 persen pada triwulan III 2024. Selain itu, utang berjangka panjang masih mendominasi dengan porsi 84,8 persen dari total utang luar negeri.

Bank Indonesia dan pemerintah berkomitmen menjaga stabilitas utang luar negeri agar tetap dalam batas aman. “Koordinasi terus diperkuat untuk memonitor perkembangan utang luar negeri, meminimalkan risiko, dan memastikan utang tetap menopang pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Ramdan.

Ke depan, pengelolaan utang luar negeri yang cermat tetap menjadi kunci dalam menjaga stabilitas ekonomi, terutama di tengah dinamika pasar keuangan global dan tekanan terhadap nilai tukar rupiah.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus