Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 akan berada di kisaran 4,8 hingga 5,6 persen. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan laju pertumbuhan ekonomi tersebut memiliki titik tengah estimasi di angka 5,2 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Tahun 2025 kisarannya adalah 4,8 sampai 5,6 persen, titik tengahnya adalah 5,2 persen," kata Perry dalam rapat kerja Badan Anggaran DPR RI dengan BI, Menteri Keuangan, dan Menteri Bappenas di Kompleks Parlemen, Jakarta Pusat, Selasa, 27 Agustus 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perry menjelaskan ada tiga faktor utama yang mendukung proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia ini, meski pertumbuhan ekonomi dunia diperkirakan akan mengalami penurunan. Faktor pertama, kata Perry, adalah ekspor yang masih dapat menjadi sumber pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya, kontribusi ekspor Indonesia tahun depan diperkirakan lebih kecil dibandingkan tahun kiwari. Ini berkaca dari pertumbuhan ekonomi dunia yang pada tahun mendatang diprediksi lebih rendah dari tahun ini. "Tahun ini 3,2 persen, pertumbuhan ekonomi dunia akan turun sekitar 2,8 persen (tahun depan), terutama di Amerika Serikat, di Eropa juga masih rendah. Harapannya mungkin dengan India. Ekspor kita kalau ke India bisa digenjot, itu bisa naik," katanya.
Faktor kedua, Perry mengatakan pertumbuhan di sektor investasi menjadi kunci utama pertumbuhan ekonomi. Dia menggarisbawahi Penanaman Modal Asing (PMA) akan sangat membantu mendongkrak pertumbuhan ini. "Di sektor real tentu saja yang diperlukan strukturalnya adalah mendorong PMA. Investasi supaya bisa harus masuk iklim usaha dan juga produktivitas itu penting," jelas Perry.
Namun, Perry menekankan pemerintah perlu mendorong investasi pada sektor-sektor padat karya yang dimotori pelaku usaha mikro kecil dan menengah atau UMKM. Di samping itu, dia berujar pemerintah juga tetap harus melanjutkan hilirisasi industri, baik sektor minerba, pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan. "Hilirisasi ini perlu didorong sekaligus untuk menciptakan lapangan kerja," katanya.
Faktor ketiga adalah peningkatan konsumsi yang tidak hanya didorong oleh bantuan sosial, tetapi juga dengan mendorong sektor-sektor padat karya. Selain itu, ada sektor lain yang bisa ikut mendorong pertumbuhan konsumsi masyarakat. Menurut Perry, hal itu adalah mendorong perluasan lapangan kerja pada sektor hilirisasi pertanian dan perkebunan.
Sayangnya, sektor ini, kata Ferry, kurang diperhatikan. "Sebetulnya di hilirisasi pertanian, perkebunan maupun berbagai hal perlu didorong yang selama ini memang belum dilihat. Itu supaya penciptaan lapangan kerja dan juga upah bisa meningkat sehingga mendorong konsumsi yang sekarang untuk golongan menengah itu sangat tergantung pada bantuan sosial,” kata Perry.
Pilihan Editor: Dulu Jokowi Kritik E-commerce Asing, Kini Kaesang Diduga Dapat Fasilitas Jet Pribadi Bos Shopee