Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pangan Nasional (Bapanas) mengurangi program fasilitasi distribusi pangan (FDP) imbas kebijakan pemangkasan anggaran Presiden Prabowo Subianto. FDP adalah program distribusi pangan dari wilayah surplus ke wilayah defisit untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan pangan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ya pasti dong (terdampak). Kan ada program-program yang harusnya bisa dieksekusi jadi enggak bisa dieksekusi,” ujar Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi kepada Tempo, Jumat, 7 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebelum ada pemangkasan anggaran, Arief mengatakan, lembaganya bisa memindahkan pasokan pangan di sebuah daerah ketika harga jatuh. Begitu pula, ketika harga sebuah komoditas terlalu mahal, Bapanas dapat memasok pasokan baru dari daerah lain.
Arief mencontohkan, ketika harga cabai di Jambi tinggi, Bapanas pernah memindahkan pasokan dari Jawa Tengah dan Yogyakarta. Lonjakan harga di Banyuwangi juga pernah diselesaikan dengan cara serupa. Ongkirnya, ujar dia, dibiayai oleh Bapanas.
Biasanya, Arief menuturkan, gubernur atau bupati sebuah daerah akan bersurat ke Bapanas jika harga pangan di wilayah mereka tinggi. Badan yang terbentuk pada 2021 itu akan mengintervensi. “Sekarang semua kepotong, bukan enggak bisa,” tuturnya.
FDP merupakan program yang berada di bawah wewenang Bapanas sehingga anggaran juga berasal dari lembaga itu. Selain FDP, Arief mengatakan, perjalanan dinas juga telah dipangkas. Bahkan, perjalanan dinas ke luar negeri kini telah dinolkan.
Tahun ini, Bapanas memperoleh anggaran Rp 329 miliar. Setelah dipangkas sebanyak Rp 198 miliar, anggaran kini tersisa Rp 131 miliar. “Tapi ya sudah mau gimana. Tapi gaji ada semua. Gaji Rp 10 juta utuh,” ujarnya.
Arief menambahkan, Bapanas juga meniadakan perencanaan reefer container yang sebelumnya telah disiapkan. Aktivitas Bapanas yang melibatkan Dinas Utusan Pangan di seluruh Indonesia juga berkurang 35 persen, bahkan ada yang nol.
Kendati begitu, Arief enggan untuk memangkas anggaran operasional kantor. Listrik di kantor Bapanas masih menyala seperti biasa. “Lucu dong jam 4 sore disuruh pulang. Enggak keren,” ujar eks Direktur Utama PT Rajawali Nusantara Indonesia (Persero) itu.