Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Perencanaan Makro dan Analisis Statistik Kementerian PPN / Bappenas Eka Chandra Buana mengatakan Indonesia memiliki tantangan besar dalam mencapai negara maju sebelum 2045. Alasannya, Indonesia sudah terjebak dalam jebakan kelas menengah (middle income trap) selama 30 tahun, sejak 1993 hingga saat ini, sehingga sisa 21 tahun menuju 2045 saat Indonesia Emas harus dimanfaatkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita sudah terjebak middle income trap selama 30 tahun, kita tinggal punya 21 tahun lagi,” kata dalam seminar nasional Kafegama di Menara BTN, Jakarta, pada Sabtu, 14 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam presentasinya, Eka juga mengatakan kalau pertumbuhan ekonomi 2025 ditargetkan lebih tinggi dibandingkan dengan asumsi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Karena itu, target ini juga akan membutuhkan usaha yang lebih (extra effort).
“Asumsinya mau tidak mau meningkat 1 persen melalui Program Makan Bergizi Gratis. Itu bisa mengangkat trayektori,” kata dia.
Pada periode 2025-2029, Bappenas juga menargetkan ekonomi akan tumbuh rata-rata 7 persen. Sembari itu, Bappenas juga menargetkan pada sasaran makro pembangunan, seperti Gross National Income (GNI) per Capita US$ 7.980 pada 2029, penurunan intensitas emisi gas rumah kaca 62,37 persen, tingkat kemiskinan 4,5-5 persen, dan indeks modal manusia 0,59 persen.
Bank Dunia menyatakan Indonesia butuh keajaiban untuk bisa lepas dari perangkap negara berpendapatan menengah atau middle income trap. Laporan Bank Dunia bertajuk "The Middle-Income Trap" menunjukkan 108 negara berkembang, termasuk Indonesia, sulit menuju kategori negara berpendapatan tinggi lantaran masih mengandalkan strategi kuno.
"Jika tetap menggunakan pedoman lama, sebagian besar negara berkembang akan kalah dalam perlombaan untuk menciptakan masyarakat yang cukup makmur pada pertengahan abad ini," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia Indermit Gill dalam laporan yang dirilis pada Agustus 2024 tersebut.
Dalam ekonomi pembangunan, perangkap negara berpendapatan menengah merupakan situasi ketika suatu negara telah berkembang hingga produk domestik bruto (PDB) per kapita mencapai tingkat pendapatan menengah, tapi tidak berkembang lebih jauh dan tak mencapai status negara berpendapatan tinggi.
Bank Dunia membuat klasifikasi negara berdasarkan PDB per kapita dalam empat kategori. Keempatnya adalah negara berpendapatan rendah (US$ 1.035), negara berpendapatan menengah bawah (US$ 1.036- US$ 4.045), negara berpendapatan menengah atas (US$ 4.046- US$ 12.535), dan negara berpendapatan tinggi (di atas US$ 12.535).
Pada 2023, Bank Dunia mengkategorikan 108 negara dengan rentang PDB per kapita di angka US$ 1.136- US$ 13.845 atau sekitar Rp 18,5 juta - Rp 225 juta dalam kelompok negara berpendapatan menengah. Indonesia menjadi salah satunya dengan PDB per kapita pada akhir 2023 sebesar US$ 4.940,5.
Jika tidak membenahi regulasi dan memperbaiki efisiensi ekonominya, Gill memperkirakan, Indonesia butuh 70 tahun untuk mencapai seperempat pendapatan per kapita Amerika Serikat. Penyebab utamanya adalah ketimpangan distribusi kekayaan sehingga pertumbuhan ekonomi tidak merata.