Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan mendorong investasi di industri film. Subsektor film, animasi, dan video juga masuk dalam kategori subsektor prioritas di Bekraf. Selain itu, ada musik, serta aplikasi dan permainan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Akatara merupakan salah satu program yang diadakan Bekraf dan Badan Perfilman Indonesia untuk mempertemukan investor di bidang perfilman dengan pelaku industrinya. Dari 80 film yang dipertemukan pada acara pertamanya, yakni tahun 2017, terdapat 20 persen yang mendapatkan investasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Setiap tahun akan diadakan karena sangat menjanjikan," kata Kepala Bekraf Triawan Munaf dalam Bincang Bareng Bekraf yang diadakan di Museum Modern and Contemporary Air in Nusantara (MACAN), Jakarta Barat, pada Senin, 26 Februari 2018.
Triawan Munaf juga menyampaikan bahwa sebenarnya cukup banyak yang berminat untuk berinvestasi di bidang perfilman. Namun masih banyak yang asing dan belum memahami caranya.
Sebelumnya, Bekraf juga membuka Daftar Negatif Investasi (DNI) di perfilman untuk mengembangkan infrastruktur, salah satunya bioskop. Saat Bekraf pertama kali menangani industri film, baru ada sekitar 1100 bioskop. Kini jumlah bioskop telah naik hingga 1500.
Film juga menjadi salah satu subsektor yang mengalami perkembangan terbesar. Naiknya angka bioskop beriringan dengan naiknya penonton film Indonesia. Pada tahun 2015, penonton film Indonesia ialah 16,2 juta. Pada 2016, naik hingga 34,5 juta. "Nanti film Benyamin Biang Kerok juga meledak nih kayaknya, Wiro Sableng juga. Mudah-mudahan bisa menambah gairah film Indonesia," kata Triawan Munaf.
Josua Simanjuntak dari Deputi Pemasaran Bekraf menyampaikan persoalan yang masih dihadapi oleh Bekraf ialah persepsi masyarakat terhadap produk kreatif dalam negeri sendiri yang masih perlu ditingkatkan, salah satunya dalam film.
FADIYAH | MWS