Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sawit Dongkrak Ekspor Nonmigas
Sawit memang te ngah menjadi prima dona. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), selama periode Januari-Juni 2007, total ekspor nonmigas Indonesia US$ 52,04 miliar (Rp 489 triliun), naik 20,22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Ternyata ekspor minyak sawit mentah dan produk turunannya menyumbang US$ 4,84 miliar (Rp 45,5 triliun) atau 9 persen.
Kontribusi minyak sawit sudah menggeser ekspor alat-alat teknik dan permesinan. ”Tapi tingginya ekspor minyak sawit mentah ini mengakibatkan kelangkaan pasokan minyak goreng di dalam negeri,” kata Kepala BPS Rusman Heriawan, Senin pekan lalu. Derasnya ekspor minyak sawit karena harganya di pasar internasional begitu tinggi membuat arus ekspor tak terbendung.
Kendati ekspor migas pada Juli turun dibanding Juni, dari US$ 1,805 miliar menjadi US$ 1,796 miliar, akumulasi ekspor migas Januari-Juli justru naik 13,86 persen menjadi US$ 63,533 miliar (Rp 596,9 triliun) dibanding tahun lalu yang US$ 55,798 miliar (Rp 524,5 triliun).
Temasek Lepas BII
TEMASEK Holdings, per usahaan investasi peme rintah Singapura, akan melepas 56,24 persen sahamnya di PT Bank International Indonesia. Pelepasan itu untuk memenuhi single presence policy atau kebijakan kepemilikan tunggal yang ditetapkan Bank Indonesia. ”Secara informal (Temasek) sudah menyampaikan dan mendiskusikannya dengan kami,” kata Direktur Bank Indonesia Halim Alamsyah di Jakarta, Jumat akhir pekan lalu.
Menurut Halim, semua per usahaan yang mempu nyai kepemilikan di lebih dari satu bank akan terkena kebijakan tersebut. Berdasarkan peraturan tadi, Tema sek yang masuk ke BII melalui Sorak Financial Holdings Pte. Ltd. harus rela melepaskan kepemilikan mayoritasnya di salah satu bank, antara BII dan Bank Danamon. Di Danamon, perusahaan yang berdiri pada 1974 itu menguasai saham hingga 62 persen dengan mengguna kan konsorsium Asia Financial Holdings.
Manajemen BII mengaku belum mengetahui rencana itu. Wakil Direktur Utama BII Sukatmo Padmosu karso mengatakan, pemegang saham belum membicarakannya. Menurut dia, semua keputusan mengenai pelaksanaan kebijakan ter sebut berada di ta ngan pemegang saham. Namun, persi ap an telah dilakukan jika pelepasan ini ter laksana, seperti penghitungan nilai BII. ”Apa pun kajian kami, akan diputuskan pemegang saham,” kata Sukatmo.
Rupiah Fluktuatif, IHSG Menguat
SEPANJANG pekan kemarin, kurs transaksi rupiah ber gerak fluktuatif pada ren tang Rp 9.385 hingga Rp 9.400 per dolar Amerika Serikat. Pada transaksi awal pekan, rupiah ditutup melemah tipis 5 poin dari Rp 9.385 menjadi Rp 9.390 per dolar.
Rupiah sedikit tertekan hingga sempat menyentuh level Rp 9.400. Namun, di akhir pekan, rupiah kembali menguat ke posisi Rp 9.395 per dolar. Rupiah cenderung stabil karena pelaku pasar valas masih menunggu dan mencermati perkembangan pasar global. ”Rupiah masih bergerak sempit karena pasar masih menunggu data-data ekonomi Amerika,” kata Suryanto Chank, Kepala Treasury PT Bank NISP Tbk. pekan lalu.
Kendati tetap dibayang-bayangi perkembangan ekonomi global, Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta menguat. Sejak awal pekan, IHSG te rus bergerak positif dan me nembus level 2.200. Pada tran saksi penutupan Jumat kemarin, IHSG ditutup pada posisi 2.239,901. Analis dari Corfina Asset Management, Hendra Bujang, mengatakan, investor yakin The Fed akan memangkas suku bunga.
BI Rate Tetap 8,25 Persen
BANK Indonesia, Kamis pekan lalu, mempertahan kan tingkat suku bunga acuan (BI Rate) pada angka 8,25 per sen. Sudah dua kali ini BI tidak menaikkan suku bunga acuan. BI Rate terakhir naik pada Juli lalu sebesar 25 basis poin menjadi 8,25 persen.
Bank sentral mempertahankan bunga acuan karena sejumlah faktor, di antaranya untuk mengantisipasi krisis kredit macet hipotek perumahan (subprime mortgage) Amerika Serikat. Krisis subprime mortgage yang terjadi sejak akhir Juli lalu telah merontokkan pasar finansial global. Indeks bursa saham di Amerika, Eropa, Asia termasuk Indonesia ambruk ke level terbawah. Selain itu juga karena tingginya angka inflasi pada Agustus 2007, sebesar 0,75 persen.
Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Budi Mulya mengatakan, tekanan inflasi akan terus terjadi pada tiga bulan mendatang. ”Tapi kami yakin inflasi ak hir tahun tetap pada perkira an sebesar enam plus-minu s satu persen,” kata Budi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo