Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Direktur PT Lab Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan Bitcoin melemah di kisaran US$ 20.440,20 per koin dalam perdagangan hari ini, Selasa, 17 Januari 2023. Sebelumnya dalam perdagangan Senin, 16 Januari 2023, Bitcoin menguat 0,71 persen di level US$ US$ 20,844,70 per koin, dengan volume transaksi US$ 23,71 miliar dan kapitalisasi pasar sebesar US$ 401,57 miliar.
Pelemahan Bitcoin salah satunya disebabkan investor yang cenderung memasang mode wait and see. "Meskipun data inflasi sudah mulai melandai, investor perlu melihat bagaimana kebijakan suku bunga ke depan dan berbagai data indikator ekonomi lainnya,” kata Ibrahim melalui keterangan tertulis, dikutip Selasa, 17 Januari 2023.
Baca: Bank Indonesia: Neraca Perdagangan Indonesia 2022 Suprlus USD 54,46 Miliar
Ibrahim mengatakan bahwa mata uang kripto dengan kapitalisasi pasar terbesar, sebelumnya mampu mencatatkan penguatan tajam dibandingkan akhir tahun lalu. Melansir data dari Coin Market Cap, Bitcoin melemah 0.41 persen dalam sehari. Namun dalam sepekan, Bitcoin mencatatkan penguatan hingga 22.49 persen ke posisi US$ 20.761,07 per koin atau setara dengan Rp 314,32 juta per koin—dengan asumsi US$ 1 setara dengan Rp 15.140 pada Jumat pekan lalu.
Mengutip catatan analis dan Komisaris PT Orbi Trade Berjangka Vandy Cahyadi, dia mengatakan, tren penurunan pada pasar kemungkinan masih terjadi. Namun, situasinya sudah membaik dibandingkan dengan pekan sebelumnya. Saat ini sejumlah sentimen positif menopang pergerakan pasar kripto. Mulai dari pembukaan perbatasan China hingga ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter bank The Fed.
“Meskipun tidak ada yang bisa menjamin jika 2023 akan menjadi tahun yang lebih baik bagi aset berisiko, tapi setidaknya tahun ini akan menjadi lebih normal daripada 2022,” ujar Ibrahim.
Hal tersebut tidak terlepas dari melandainya inflasi Amerika Serikat. Berdasarkan laporan Departemen Tenaga Kerja AS, inflasi melandai ke 6,5 persen year on year (yoy) pada Desember 2022. Sedangka pada November 2022, inflasi tercatat 7,1 persen yoy. Capaian Desember terhitung sebagai inflasi terendah sejak Oktober 2021.
“Dengan inflasi yang terus melandai, The Fed bisa semakin melonggarkan kebijakan moneter mereka. Ekspektasi tersebut membuat bursa AS menghijau dan ini berdampak positif pasar kripto,” kata Ibrahim.
Baca: Jurus Jokowi Cegah Badai PHK di Indonesia Tahun 2023
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini