Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Kesehatan Nila Farid Moeloek mengatakan saat ini melakukan koordinasi dengan dinas kesehatan di wilayah Indonesia yang paling dekat dengan Singapura, untuk mencegah penyebaran virus cacar monyet atau monkeypox. Hal itu dilakukan untuk merespons kabar yang viral di media sosial dan grup Whatsapp, bahwa penyakit tersebut sudah menjangkiti orang di negara singa itu.
BACA: Fakta tentang Cacar Monyet, Awalnya dari Afrika Tengah
"Kantor kesehatan pelabuhan kami di Batam sudak bergerak untuk bagaimana men-screening pendatang dari Singapura," kata Nila di Komplek Dewan Perwakilan Rakyat, Jakarta, Selasa, 14 Mei 2019.
Menurut dia, Kementerian Kesehatan akan melihat dari demam seseorang yang dicek dengan thermoscanner. "Kami memasangnya di Tanjung Pinang dan di Batam. Kami mencoba untuk mendeteksi, karena sudah ada di Singapura," ujar Nila.
Dia juga menghimbau kepada masyarakat untuk selalu memperhatikan lingkungan. Menurut dia lingkungan memiliki peran dalam penularan virus itu. Nila berharap masyarakat untuk rutin mencuci tangan dan menghindari kontak dengan hewan-hewan yang terinfeksi. "Kalau kita mau pegang binatang juga tolong memakai sarung tangan atau masker dan melakukan perilaku hidup bersih dan sehat," kata Nila.
Hal itu, karena menurut Nila, penyakit cacar monyet belum ada vaksinnya. "Vaksinasi saya kira ini belum ada. Karena biasanya vaksin berasal dari virus penyakit tersebut. Saya kira ini belum bisa dilakukan vaksinasi. masih banyak sebetulnya penyakit-penyakit virus yang memang belum mempunyai vaksinasi, termasuk ini," kata Nila di Kompleks Dewan Perwakilan Rakyat, Selasa, 14 Mei 2019.
Nila mengatakan cacar itu pertama kali berasal dari monyet di Afrika, seperti Nigeria, Kongo, dan Pantai Gading, di mana kemudian sekarang berada di Singapura.
Menurut Nila, penyakit itu disebabkan oleh virus dari monyet yang menularkan kepada manusia. Penularan itu, kata dia, melalui darah atau luka di kulit.
Dia mengatakan orang yang terjangkit virus itu, karena virus telah masuk ke dalam tubuh, bukan penularan dari udara. Nila juga mengatakan, hewan yang dapat membawa virus itu bukan hanya dari kera, tapi juga bisa dari binatang liar seperti tikus dan tupai.
BACA: Singapura Laporkan Kasus Pertama Virus Langka Cacar Monyet
Menurut Nila, gejala cacar monyet mirip dengan penyakit yang seperti cacar air, campak, dan penyakit kulit akibat bakteri lainnya. "Ciri-cirinya yaitu demam, sakit kepala, nyeri otot, pembesaran kelenjar getah bening yang timbul setelah 1 sampai 3 minggu masa inkubasi," kata Nila.
Jadi, menurut Nila, diagnosa penyakit cacar monyet itu harus melalui pemeriksaan laboratorium. Saat ini, kata Nila, penularan antar manusia jarang terjadi. "Adapun kasus kematiannya sekitar 10 persen, dan mayoritas anak-anak," katanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini