Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Ringkasan Berita
Klinik Pintar mengincar pertumbuhan pendapatan 100 persen.
Ada 152 klinik dari 60 kota yang terhubung dalam jaringan Klinik Pintar.
Hingga akhir 2022, Klinik Pintar menargetkan 400 klinik masuk jaringan mereka.
JAKARTA — Entitas penyedia jaringan kesehatan digital, Klinik Pintar, mengincar pertumbuhan pendapatan 100 persen hingga akhir tahun ini. Tiada yang menyangka, digitalisasi industri kesehatan yang digeber pemerintah selama masa pandemi menjadi momentum bisnis besar bagi startup yang berdiri sejak Maret 2020 tersebut. Hanya dalam dua tahun, sudah ada 152 klinik dari 60 kota di Indonesia yang terhubung dalam jaringan Klinik Pintar. Ibarat mak comblang, Klinik Pintar sudah menghubungkan lebih dari 500 ribu pasien ke berbagai klinik.
Saat bersamuh dengan awak media pada pertengahan bulan lalu, co-founder dan Chief Executive Officer Klinik Pintar, Harya Bimo, memastikan perusahaannya tak sebatas mengefisienkan bisnis klinik dengan teknologi. Klinik Pintar pun menjadi perantara pusat kesehatan kecil dengan penyuplai alat dan obat-obatan, bahkan menjadi "mak comblang" antara klinik dan pasien, terutama karyawan korporasi. Bimo, yang juga merupakan pendiri Qasir.id, masih akan melebarkan jaringan mitra klinik perusahaannya. Ada pula program yang ada kaitannya dengan kepemilikan klinik. Berikut ini kutipan wawancaranya.
Bagaimana latar belakang pengembangan Klinik Pintar?
Sebelum menjadi Klinik Pintar, kami sudah berdiri sebagai penyedia software as a service (SaaS) manajemen klinik. Meski sudah ada lebih dari 300 klinik yang masuk dalam jaringan, hanya 5 persennya yang aktif memakai fitur SaaS kami. Di situ, kami sadar bahwa masalah terbesar pengelola klinik bukan soal penggunaan teknologi, melainkan soal manajemen bisnis agar bisa tumbuh. Dari situ, kami mulai ikut membenahi manajemen klinik lewat layanan digital. Jaringannya kami kembangkan bersama Ikatan Dokter Indonesia (IDI).
Apa saja yang dibenahi pada layanan klinik?
Setelah berdiri pada Maret 2020, pengembangan layanannya masih untuk hal fisik, misalnya ruang tunggu pasien dan ruang layanan medis. Kami sudah sempat mengembangkan dua klinik di Bekasi. Saat pandemi merebak, layanannya berkembang menjadi manajemen secara virtual. Layanan klinik itu berbeda-beda, baik dari segi alat kesehatan maupun tata kelola dokter. Banyak juga klinik yang pengelolaan rekam medis pasiennya belum memadai. Tanpa sistem, mereka masih memakai kertas, bahkan ada pasiennya yang punya lebih dari satu data rekam medis, saking manualnya. Layanan kami masuk dan booming ketika pandemi. Pada Juni 2020, jaringan kami sudah diisi lebih dari 30 klinik.
Jasa apa yang dikembangkan Klinik Pintar?
Hal yang akan kami tawarkan duluan adalah Klinik Operation System (OS). Para mitra bisa memakai sistem kami secara free, sudah mencakup fitur pendaftaran pasien secara online, rekam medis elektronik, inventori obat, transaksi, pelaporan, serta ruang konsultasi virtual. Kemudian kami tawarkan klinik agar naik ke tahap "klinik prima", berupa kerja sama layanan, seperti dalam hal vaksinasi dan rantai pasok. Misalnya mereka dapat suplai obat lewat Klinik Pintar. Di sini kami mengambil margin sekitar 10 persen. Klinik bisa naik lagi ke level "co-management", berarti pengelolaan bersama dengan profit sharing. Di level ini, revenue yang kami dapat berbeda di setiap klinik, tergantung hasil negosiasi. Ada klinik yang sudah punya fasilitas lengkap dan cuma butuh strategi pemasaran, ada juga klinik yang butuh bantuan fasilitas.
Apa relevansi digitalisasi layanan klinik dengan kenaikan pendapatannya?
Sudah jelas akan ada efisiensi biaya bagi klinik yang memakai OS kami. Kebutuhan sumber daya manusia bisa dikurangi dan lebih efisien. Begitu masuk ke tahap klinik prima, kami juga membantu pemasaran, yang otomatis akan menaikkan revenue mereka juga. Pendapatan klinik bisa naik di atas 20 persen.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo