Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Sedia Payung Sebelum Badai

Bank beramai-ramai menyiapkan protokol penanganan krisis seiring dengan pandemi Covid-19. Kualitas kredit berpotensi jeblok imbas lesunya sektor usaha.

21 Maret 2020 | 00.00 WIB

Aktivitas perdagangan di Pusat Batik Thamrin City, Jakarta, 2 Oktober 2018. Pembatasan aktivitas warga Jakarta seiring dengan mewabahnya Covid-19 sepekan lalu membuat pusat belanja di kawasan Tanah Abang ini makin lengang./TEMPO/M. Taufan Rengganis
Perbesar
Aktivitas perdagangan di Pusat Batik Thamrin City, Jakarta, 2 Oktober 2018. Pembatasan aktivitas warga Jakarta seiring dengan mewabahnya Covid-19 sepekan lalu membuat pusat belanja di kawasan Tanah Abang ini makin lengang./TEMPO/M. Taufan Rengganis

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

THAMRIN City bak mati suri pada Kamis, 19 Maret lalu. Pembeli yang biasanya memenuhi pusat belanja grosir di kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat, itu kini menghilang. Lapak penjualan kain dan pakaian yang tersebar di empat lantai area niaga hanya diisi pemilik dan penjaga toko. Rona wajah mereka yang nanar senada mendadak sontak berubah menjadi ceria setiap kali ada pengunjung, yang hanya segelintir. “Sampai sekarang belum ada penglaris,” kata seorang pedagang di lantai 1.

Siang selepas zuhur itu, langit yang pucat di Ibu Kota seolah-olah mengular ke dalam kompleks pertokoan. Seperti tengah berkabung, pemilik dan penjaga toko sulit diajak berbicara. Kalaupun mau, mereka enggan disebutkan identitasnya. Pemilik dagangan tadi, perempuan berkerudung berusia 40-an tahun, mengatakan sepinya Thamrin City terasa sejak Ahad, 15 Maret lalu, setelah pemerintah mengimbau masyarakat agar membatasi interaksi untuk mencegah penyebaran virus corona.

Tak jauh dari sana, lapak milik Ivan—pedagang yang hanya mau disebutkan nama panggilannya—juga hanya dipenuhi karung dagangan. Sepekan terakhir, tiga unit toko kain dan pakaian batik yang dibuka sejak 2015 itu sama sekali tak menghasilkan rupiah dari omzet normal Rp 10 juta per hari. Tanpa pemasukan di Jakarta, pria 36 tahun itu menyatakan baru saja menghentikan sementara 30 pekerjanya di kampung halamannya di Cirebon, Jawa Barat. “Enggak ada ongkosnya buat setor ke giro,” ucap Ivan. “Kayaknya harus cari tambahan modal ke bank.”

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Aisha Shaidra

Aisha Shaidra

Bergabung di Tempo sejak April 2013. Menulis gaya hidup dan tokoh untuk Koran Tempo dan Tempo.co. Kini, meliput isu ekonomi dan bisnis di majalah Tempo. Bagian dari tim penulis liputan “Jalan Pedang Dai Kampung” yang meraih penghargaan Anugerah Jurnalistik Adinegoro 2020. Lulusan Sastra Indonesia Universitas Padjadjaran.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus