Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Bisnis jual beli online di Indonesia telah berlangsung sejak tahun 2000-an. Saat itu, media sosial Kaskus memiliki Forum Jual Beli yang memfasilitasi penggunanya secara khusus dalam berniaga. Banyak pula komunitas-komunitas di Facebook yang berisi aktivitas jual beli walau belum ada fitur resminya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pada 2005, e-commerce Tokobagus hadir dan seakan menjadi pelopor munculnya toko-toko online lain. Keberadaan e-commerce semakin mempermudah kegiatan jual beli online dengan aman dan meminimalisir terjadinya penipuan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Tokobagus, yang sekarang diakuisisi oleh OLX, masih bertahan hingga kini setelah melewati gempuran banyaknya e-commerce yang gulung tikar. Multiply adalah satu dari e-commerce yang tutup sebab kesulitan finansial.
Lantas, e-commerce apa saja yang dahulu sempat menjalankan bisnis di Indonesia dan akhirnya harus tutup karena persaingan yang ketat? Simak daftar e-commerce yang pernah berdiri di Indonesia kemudian terpaksa harus melakukan penutupan perusahaan seperti JD.ID menurut data dari iprice.co.id dan dari berbagai sumber lainnya.
1. Multiply
Multiply berdiri pada 2003 di Florida, Amerika Serikat sebagai sebuah jejaring sosial untuk blog, foto, video, musik, dan lain-lain. Melihat prospek yang lebih luas, Multiply secara khusus mengubah situsnya menjadi lapak jual beli online.
Perusahaan ini kemudian berpindah markas ke Jakarta pada 2010 sebagai PT Multiply Indonesia. Mereka juga membuka cabang di Filipina pada 2012. Namun 2013, Multiply mengakui bahwa transisinya dari situs media sosial ke e-commerce tidak berjalan lancar dan harus berujung pailit.
2. Sedapur
Usianya cukup singkat, hanya dua tahun. Sedapur memulai proses bisnisnya di Jabodetabek sebagai toko online khusus makanan pada 2011. Mereka memberi fasilitas kepada para pelaku industri kuliner rumah tangga agar produk lebih mudah dipasarkan.
Sayang, setelah evaluasi dilakukan, Sedapur memutuskan untuk menutup layanan pada 2013. E-commerce itu sempat memenangkan Indonesia ICT Award (INAICTA) 2011 kategori “e-Business: Service”.
3. Valadoo
Valadoo adalah e-commerce yang berfokus pada layanan perjalanan. Perusahaan ini berdiri pada 2010 ketika belum banyak industri online travel yang beroperasi.
Namun, sebab arah bisnis yang belum jelas saat itu, Valadoo memutuskan untuk gulung tikar pada 2015. Menurut informasi yang beredar, ada masalah internal antara pengembang dan investor setelah startup tersebut menerima bantuan dana dari Wego, perusahaan sejenis asal Singapura.
Selanjutnya: 4. Paraplou....
4. Paraplou
Tahun 2015 tampaknya menjadi permulaan masa yang kelam bagi atmosfer e-commerce di Indonesia. Banyak e-commerce yang gulung tikar pada periode tersebut. Selain Valadoo, ada pula Paraplou yang menarik diri dari dunia perniagaan online.
Paraplou berdiri pada 2011 dengan tujuan menjembatani produk fesyen premium luar negeri untuk sampai ke Indonesia. Perusahaan ini sempat sukses dan mencapai titik keemasannya. Namun, di tengah gejolak ekonomi dan minat yang kian merosot, Paraplou tumbang pada 2015.
5. Lamido
Lamido menjadi satu lagi layanan customer-to-customer yang tutup di Indonesia pada 2015. Perusahaan di bawah naungan Lazada Group asal Singapura ini mulanya berdiri pada 2013 di tengah banyak e-commerce lain yang naik daun.
Lantaran strategi yang tidak cukup kuat dibandingkan startup sejenis saat itu, seperti Tokopedia dan Bukalapak, Lamido harus angkat kaki dari Indonesia.
6. Rakuten
Rakuten adalah perusahaan internet dan perdagangan elektronik asal Jepang. Mereka melakukan ekspansi di Indonesia sebagai Rakuten Belanja Online pada 2011 dengan menggandeng mitra lokal MNC Group.
Pada 2016, Rakuten menghentikan operasionalnya di Tanah Air lantara ketidaksesuaian model bisnis. Selain itu, sudah banyak pula e-commerce dalam negeri yang menjadi pesaing berat kala itu.
7. Cipika
Cipika merupakan anak perusahaan Ooredoo Group yang menjalankan e-commerce di bidang kuliner, fesyen, dan kesenian khas lokal. Mereka menjadi penghubung antara mitra UKM dan pelanggan yang mendapat sambutan baik sejak dibuka pada 2014.
Kemudian pada 2017, Ooredoo Group memutuskan untuk menghentikan operasional Cipika karena belum menemukan model bisnis yang pasti. Cipika dikhawatirkan bakal berujung cash burning tanpa ada kejelasan.
8. Qlapa
Startup ini gulung tikar pada 2019 lalu. Alasannya lagi-lagi karena kalah bersaing dengan sejumlah perusahaan Unicorn yang masih melejit hingga kini. Pendiri Qlapa berpendapat bahwa bisnisnya saat itu bukanlah hal yang bisa berkelanjutan.
Qlapa sendiri adalah e-commerce khusus jual beli kerajinan tangan khas Indonesia yang mulai beroperasi sejak 2015. Perusahaan itu sempat meraih penghargaan Aplikasi Mobile Unik Terbaik dari Google Play Awards.
9. Elevenia
Toko belanja online Elevenia didirikan pada 2014 milik PT XL Planet, perusahaan patungan PT XL Axiata Tbk. dan SK Planet dari Korea Selatan. Belakangan, XL Axiata dan SK Planet kemudian melepaskan saham mereka di perusahaan ini tiga tahun kemudian setelah dipandang tidak memberikan keuntungan .
Seiring berjalannya waktu, Elevenia akhirnya tak lagi sanggup bertahan dan tutup di awal Desember 2022.
NIA HEPPY LESTARI | SYAHDI MUHARRAM (CW)
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.