Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

ekonomi

Elon Musk Dorong PLTS untuk Jernihkan Air Laut, Jatam: Dia Sedang Membuat Lelucon

Jatam mengkritik gagasan Elon Musk soal desalinasi air laut melalui PLTS.

21 Mei 2024 | 18.16 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Divisi Hukum Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) Muhammad Jamil mengkritik gagasan Elon Musk yang menyebut Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) berpotensi menyumbang energi baru terbarukan (EBT) dalam desalinasi air laut guna menyediakan air bersih. Menurut dia, ide pendiri SpaceX itu akan menimbulkan permasalahan baru. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini adalah rencana bunuh diri bersama," kata Jamil saat dihubungi Tempo, Selasa 21 Mei 2024. Adapun desalinasi merupakan proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga air tersebut menjadi air bersih yang dapat dikonsumsi masyarakat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Jamil menyampaikan, proses desalinasi dengan PLTS akan membuat permintaan barang hasil tambang meningkat sehingga akan makin merusak lingkungan hidup. Dia menyebut beberapa material yang digunakan untuk PLTS membutuhkan eksplorasi tambang yang dilakukan terus menerus. 

"Nantinya akan semakin luas sumber-sumber alami mata air di hutan. Padahal, selama ini kondisinya sudah porak-poranda," ujarnya. 

Jamil berpendapat permasalahan air bersih pada dasarnya disebabkan oleh kerusakan lingkungan hidup yang mengeksploitasi lahan dan air sekaligus. Dia juga menyebut gagasan Elon Musk cukup sekadar dianggap sebagai kelakar. 

"Saya kira Elon Musk sedang bercanda. Dia sedang membuat lelucon," ucapnya. 

Lebih lanjut, Jamil juga mengingatkan soal ongkos besar yang harus dikeluarkan negara apabila mengadopsi ide Elon Musk ini. PLTS, kata Jamil, merupakan pembangkit listrik termahal ketiga menyusul pembangkit listrik tenaga diesel dan pembangkit listrik tenaga gas. "Kalau dari hitung-hitungan produksi, PLTS juga bukan yang paling murah," tuturnya. 

Tak sampai di situ, Jamil menerangkan, kerugian ekologis dan perubahan sosial turut timbul apabila ide tersebut dijalankan. Kerusakan alam, jelas dia, tidak bisa diukur dengan perhitungan ekonomis belaka. "Apalagi kalau kawasan itu terhubung dengan kehidupan manusia maupun makhluk hidup lainnya," ucapnya. 

Gagasan Elon Musk ini, Jamil menyampaikan, hanya akan penguntungkan segelintir pengusaha tambang jika pada akhirnya diadopsi pemerintah. "Saya kira ini harus dihentikan. Mari pikirkan solusi tanpa harus jadi pemangsa bagian tubuh kita sendiri untuk bertahan hidup," kata dia. 

Sebelumnya, pemilik sekaligus CEO Tesla Inc. dan SpaceX, Elon Musk, menilai pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) bisa menjadi salah satu solusi untuk menyelesaikan krisis ketersediaan air global.

Meskipun masih memerlukan riset yang mendalam, Elon Musk menjelaskan PLTS memiliki potensi sebagai penyumbang energi baru terbarukan (EBT) yang lebih murah serta efektif untuk proses desalinasi air laut guna menyediakan air bersih.

“Kami terus melakukan terobosan dalam efisiensi desalinasi dan saya rasa kami sudah melakukannya. Kita mempunyai masa depan air yang baik dan saya pikir masa depan energi berkelanjutan yang baik juga ada di depan kita," kata Elon Musk saat menyampaikan sambutan dalam pembukaan World Water Forum ke-10 2024 di Nusa Dua, Badung, Bali, Senin, 20 Mei 2024

SAVERO ARISTIA WIENANTO | GRACE GANDHI

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus