Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Energy Watch: 680 Ribu Rice Cooker Gratis Bisa Kurangi Penggunaan LPG, tapi....

Pemerintah akan membagikan 680 ribu rice cooker gratis kepada masyarakat sesuai data Kementerian Sosial.

29 November 2022 | 14.30 WIB

Rice Cooker, alat yang dirancang untuk menanak ataupun menghangatkan nasi. (Shutterstock)
Perbesar
Rice Cooker, alat yang dirancang untuk menanak ataupun menghangatkan nasi. (Shutterstock)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) akan membagikan 680 ribu unit penanak nasi listrik alias rice cooker untuk mendukung pemanfaatan energi bersih. Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan program tersebut bisa mengurangi penggunaan gas LPG.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun, pengurangannya tidak signifikan. "Jika ada pertanyaan apakah akan mengurangi penggunaan gas LPG? Saya kira betul sekali bisa mengurangi. Hanya, angka pengurangannya tidak akan signifikan. Saya kira penggunaan gas untuk memasak nasi tidak terlalu besar," ujar dia saat dihubungi pada Selasa, 29 November 2022.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Mamit, pembagian rice cooker gratis adalah upaya pemerintah untuk melakukan modernisasi alat masak, terutama bagi golongan ke bawah. "Dengan demikian, masyarakat juga bisa menjadi lebih mudah dalam memasak nasi tidak lagi manual," ucap dia.

Mamit memperkirakan rencana pembagian ratusan ribu penanak nasi listrik itu bakal berjalan jika direstui oleh DPR dan didukung stakeholder. Adapun dari sisi dampak, kenaikan pemakaian listrik juga tidak akan terlampau signifikan. Sebab, konsumsi listrik untuk rice cooker tidak terlalu besar.

Walau begitu, Mamit meyakini tetap terjadi peningkatan konsumsi listrik. Soal seberapa besar kenaikan konsumsi listriknya, Mamit menjelaskan pemerintah sudah melakukan kajian terlebih dulu. "Tetapi ini semuakan baru wacana. Masih menunggu anggarannya terlebih dulu," tutur Mamit.

Mamit meminta agar program rice cooker gratis itu diiringi dengan upaya lain untuk meningkatkan konsumsi listrik. Pemerintah, dia berujar, harus bisa menciptakan kawasan industri dan bisnis baru untuk mendongkrak konsumsi terhadap listrik.

"Pemerintah harus memberikan banyak kemudahan bagi investor agar bisa berinvestasi dan bisa meningkatkan konsumsi listrik," kata Mamit.

Sub-Koordinator Perhubungan Komersial Tenaga Listrik Direktorat Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Kementerian ESDM Edi Pratikno menjelaskan program rice cooker gratis diharapkan dapat meningkatkan konsumsi listrik per kapita atau e-cooking dan penghematan biaya memasak. "Penanak nasi tersebut akan diberikan kepada kelompok penerima manfaat atau KPM, yang tentu datanya mengacu pada Kementerian Sosial," kata dia dalam diskusi publik secara virtual pada Jumat, 25 November 2022.

Edi memastikan penanak nasi listrik yang dibagikan kepada masyarakat sudah menggunakan sistem kelistrikan yang andal. Program bantuan penanak nasi listrik itu pun kini masih membutuhkan regulasi sebagai dasar pelaksanaannya.

Meski demikian, Kementerian ESDM telah melakukan sejumlah kajian perihal manfaat dari program tersebut. Edi menyebutkan biaya menanak nasi dengan penanak nasi listrik listrik lebih hemat ketimbang kompor LPG 3 kilogram. Bila menggunakan kompor LPG 3 kilogram, konsumsi energi per bulan mencapai 2,4 kilogram dan biaya menanak nasi menembus Rp 16.800 per bulan.

Sedangkan apabila menggunakan penanak nasi listrik, konsumsi energi menanak nasi per bulan hanya 5,25 kWh. Konsumsi energi memanaskan per bulan pun hanya 19,80 kWh. Walhasil, biaya menanak nasi menjadi Rp 10.396 per bulan. Sehingga. ada penghematan biaya menanak nasi Rp 6.404 per bulan.

Menurut Kementerian ESDM, ada potensi manfaat sebesar Rp 680 ribu per rumah tangga pada 2023. Penghematan subsidi mencapai Rp 52,2 miliar dari total biaya pengadaan Rp 340 miliar. Pengurangan volume LPG diperkirakan mencapai 19,6 ribu ton dan penghematan devisa sebesar US$ 26,88 juta.

Baca: Terkini Bisnis: Proyek Smelter Nikel Terbesar Dunia di Pomalaa, Pro Kontra Program 680 Ribu Rice Cooker

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

 

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus