Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Harga Kedelai Naik, Kemendag Minta BUMN Tugaskan Bulog Kucurkan Subsidi Selisih Harga Rp 1.000

Kemendag meminta Kementerian BUMN menginstruksikan kepada Bulog untuk melanjutkan program bantuan penggantian selisih harga kedelai.

7 Oktober 2022 | 11.43 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Pekerja membuat tempe di sentra perajin tempe Sanan, Malang, Jawa Timur, Senin, 4 Januari 2021. Perajin tempe setempat berupaya mengurangi kerugian akibat melonjaknya harga kedelai impor dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual. ANTARA/Ari Bowo Sucipto

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan telah bersurat kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membantu mengendalikan harga kedelai. Dalam surat tersebut, Kemendag meminta Kementerian BUMN menginstruksikan kepada Bulog untuk melanjutkan program bantuan penggantian selisih harga pembelian kedelai kepada perajin tempe dan tahu. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Besaran bantuan itu Rp 1.000 per kilogram. "Kementerian BUMN sudah membuat surat penugasannya," kata dia saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Oktober 2022. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ia berujar Kemendag telah mengirimkan surat tersebut pada 28 September 2022. Kemudian, Kementerian BUMN menyampaikan surat penugasan kepada Bulog sekitar 4 Oktober 2022. Ia berharap subsidi dari pemerintah itu segera turun agar harga beli kedelai di level perajin terkontrol. 

Kementerian Perdagangan mengakui harga kedelai per Oktober 2022 masih cukup tinggi. Melonjaknya harga kedelai saat ini terpengaruh oleh harga pada bulan sebelumnya. 

Pada September 2022, harga kedelai naik menjadi Rp 12.385 per kilogram. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) pada September lebh tinggi, yaitu Rp 13.044. Kemudian harga beli kedelai per 4 Oktober sebesar Rp 12.575.

Jika subsidi selisih harga Rp 1000 telah disalurkan, harga kedelai akan kembali normal. Harga kedelai normal berada di kisaran Rp 11 ribu per kilogram. 

Meski demikian, Syailendra memastikan stok kedelai di dalam negeri saat ini masih cukup. Melansir data Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Syailendra menyebut stok kedelai tersedia 400 ribu ton per 6 Oktober 2022. Sementara itu, kebutuhan rata-rata kedelai per bulan sebesar Rp 200 ribu ton. 

Dia melihat harga kedelai yang tak kunjung melorot bukan terjadi karena kurangnya pasokan. Namun, lantaran terpengaruh harga dari luar negeri. Musababnya, kata dia, komoditas kedelai di Indonesia masih sangat bergantung terhadap impor. Importasi kedelai Indonesia, kata Syailendra, kini mencapai hampir 90 persen dari total kebutuhannya. 

RIANI SANUSI PUTRI 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

Riani Sanusi Putri

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus