Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perdagangan telah bersurat kepada Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk membantu mengendalikan harga kedelai. Dalam surat tersebut, Kemendag meminta Kementerian BUMN menginstruksikan kepada Bulog untuk melanjutkan program bantuan penggantian selisih harga pembelian kedelai kepada perajin tempe dan tahu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Besaran bantuan itu Rp 1.000 per kilogram. "Kementerian BUMN sudah membuat surat penugasannya," kata dia saat dihubungi Tempo pada Jumat, 7 Oktober 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia berujar Kemendag telah mengirimkan surat tersebut pada 28 September 2022. Kemudian, Kementerian BUMN menyampaikan surat penugasan kepada Bulog sekitar 4 Oktober 2022. Ia berharap subsidi dari pemerintah itu segera turun agar harga beli kedelai di level perajin terkontrol.
Kementerian Perdagangan mengakui harga kedelai per Oktober 2022 masih cukup tinggi. Melonjaknya harga kedelai saat ini terpengaruh oleh harga pada bulan sebelumnya.
Pada September 2022, harga kedelai naik menjadi Rp 12.385 per kilogram. Sedangkan harga jual di Koperasi Produsen Tempe dan Tahu Indonesia (Kopti) pada September lebh tinggi, yaitu Rp 13.044. Kemudian harga beli kedelai per 4 Oktober sebesar Rp 12.575.
Jika subsidi selisih harga Rp 1000 telah disalurkan, harga kedelai akan kembali normal. Harga kedelai normal berada di kisaran Rp 11 ribu per kilogram.
Meski demikian, Syailendra memastikan stok kedelai di dalam negeri saat ini masih cukup. Melansir data Asosiasi Kedelai Indonesia (Akindo), Syailendra menyebut stok kedelai tersedia 400 ribu ton per 6 Oktober 2022. Sementara itu, kebutuhan rata-rata kedelai per bulan sebesar Rp 200 ribu ton.
Dia melihat harga kedelai yang tak kunjung melorot bukan terjadi karena kurangnya pasokan. Namun, lantaran terpengaruh harga dari luar negeri. Musababnya, kata dia, komoditas kedelai di Indonesia masih sangat bergantung terhadap impor. Importasi kedelai Indonesia, kata Syailendra, kini mencapai hampir 90 persen dari total kebutuhannya.
RIANI SANUSI PUTRI
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.