Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Impor LPG 5,5 Juta Ton per Tahun, Menteri ESDM: Padahal Punya Gas Berlebih Diekspor

Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan hingga saat ini Indonesia masih impor LPG, padahal memiliki gas berlebih yang diekspor.

22 Desember 2023 | 14.12 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Perwira Pertamina memeriksa LPG Production Booster System di Badak LNG, Bontang, Kalimantan Timur, Selasa, 6 Desember 2022. Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menyatakan bahwa penemuan teknologi LPG Production Booster System dapat memberikan harapan bahwa Indonesia bisa menghasilkan tambahan produksi LPG nasional, yang secara otomatis dapat mengurangi impor LPG, sehingga diproyeksi terdapat penambahan produksi LPG sebesar 1,56 juta M3 atau 780.000 Metrik Ton selama periode 2022-2027. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Menteri ESDM) Arifin Tasrif mengatakan hingga saat ini Indonesia masih impor liquefied petroleum gas (LPG). Bahkan, kata dia, impornya mencapai lebih dari 5,5 juta ton per tahun dan terus meningkat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Sementara kita memiliki gas berlebih yang diekspor dan kecenderungan produksi dalam negeri akan bertambah,” ujar Arifin dalam acara Seminar Nasional Outlook Perekonomian Indonesia 2024 yang disiarkan langsung di akun YouTube Kementerian Perekonomian pada Jumat, 22 Desember 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bahkan, Arifin melanjutkan, Indonesia memiliki temuan-temuan baru lagi yang bisa mempercepat produksinya. Untuk itu, kata Arifin, transmisi gas perlu dibangun untuk menggantikan LPG dan bisa masuk ke rumah tangga, restoran, hingga hotel. “Ini juga aspek keamanan energi dalam negeri yang harus bisa ditumbuhkembangkan,” ucap dia.

Selain ketergantungan impor, masalah lain pada LPG juga pernah diungkap anggota Komisi VII DPR Mulyanto. Dia meminta pemerintah harus menata ulang ekosistem industri LPG. Musababnya, industri minyak dan gas (migas) diduga masih dikuasai oleh mafia.

"Pemerintah tidak boleh kalah dari mafia impor atau mafia migas," kata Mulyanto melalui keterangan resminya, Ahad, 5 November 2023. 

Selanjutnya: Pernyataan Mulyanto itu sejalan dengan temuan lapangan....

Pernyataan Mulyanto itu sejalan dengan temuan lapangan migas baru yang diungkapkan Kementerian ESDM belum lama ini. Menurut Mulyanto, temuan itu mengindikasikan selama ini mafia masih menguasai industri migas. 

"Pertanyaannya, kenapa baru sekarang pemerintah memetakan potensi LPG tersebut. Harusnya dari dulu. Ini mengindikasikan bahwa mafia impor migas memang eksis dan membuat pemerintah tidak berdaya," kata Mulyanto. 

Politikus PKS itu pun meminta pemerintah membuat perencanaan guna mengelola 12 lapangan migas yang baru ditemukan itu. "Terkait adanya temuan 12 lapangan sumber LPG baru dengan total potensi produksi sebesar 1,2 juta ton, saya minta pemerintah segera membuat perencanaan pengelolaan secara terpadu," kata Mulyanto  

Mulyanto mengatakan, temuan itu menggembirakan karena dapat menekan angka impor gas setiap tahun. "Pemerintah diminta untuk memaksimalkan peran SKK Migas, Pertamina, dan perusahaan-perusahaan negara lainnya untuk mengelola ladang tersebut," kata Mulyanto. 

Dia mengatakan, prioritas itu perlu dilakukan agar setiap gas yang dihasilkan dapat memberi manfaat sebesar-besarnya bagi kesejahteraan rakyat.  "Ini temuan yang sangat menarik. Pasar domestiknya sudah jelas. Dengan kejelasan ini, tentunya Investor yang tertarik juga akan banyak. Asal pemerintah memberi kemudahan dan insentif dalam pengusahaannya," kata Mulyanto 

Mulyanto menuturkan, dengan temuan LPG tersebut, maka Indonesia dapat mengurangi impor LPG, sekaligus dapat menekan defisit perdagangan migas. "Kita akan untung dua kali lipat. Karena produksi domestik meningkat, tenaga kerja yang terserap bertambah, sekaligus dapat menurunkan defisit perdagangan migas," jelasnya.

MOH KHORY ALFARIZI | ADE RIDWAN YANDWIPUTRA

M. Khory Alfarizi

M. Khory Alfarizi

Menjadi wartawan sejak 2018. Pernah meliput isu teknologi, sains, olahraga, dan ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas. Alumni Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat, program studi akuntansi. Mengikuti Kursus Jurnalistik Intensif di Tempo Institut dan magang menjadi wartawan Tempo pada akhir 2017.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus