Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Impor Pangan Indonesia Mencakup Mayoritas Sembako

Mayoritas komoditi dari sembilan bahan pokok di Indonesia masih mengandalkan impor pangan

7 November 2024 | 14.41 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia dikenal memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah, khususnya di sektor agrikultur. Namun, meski potensi ini besar, pemenuhan kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako) dalam negeri masih bergantung pada impor. Dengan status sebagai salah satu importir pangan terbesar di dunia, Indonesia selalu berisiko terpapar dampak fluktuasi harga dan kebijakan proteksionisme pangan global. Meskipun demikian langkah impor pangan ini diklaim untuk menjaga stabilitas harga serta memastikan pasokan yang memadai bagi masyarakat. Berikut adalah lima komoditas pangan yang rutin diimpor oleh Indonesia.

1. Beras

Direktur lembaga kajian Next Policy, Yusuf Wibisono, menyatakan keprihatinannya terhadap ketahanan pangan nasional tahun ini. Berdasarkan proyeksi neraca beras nasional 2024 yang diperbarui pada Mei lalu, Indonesia diperkirakan akan mengimpor hingga 5,17 juta ton beras sepanjang tahun ini.

"Merupakan bukti nyata bahwa ketahanan pangan nasional berada di posisi yang mengkhawatirkan," ujar Yusuf dalam keterangan resminya pada Selasa, 30 Juli 2024.

Realisasi impor beras dari Januari hingga April 2024 tercatat sebesar 1,77 juta ton, sementara rencana impor untuk periode Mei hingga Desember 2024 diperkirakan mencapai 3,40 juta ton. Yusuf menyoroti bahwa situasi ini mencerminkan tren yang mengkhawatirkan, mengingat total impor beras pada 2023 hanya sebesar 3,06 juta ton. Jika proyeksi tersebut terealisasi, maka jumlah impor beras tahun ini akan mencetak rekor tertinggi, melampaui impor beras pada tahun 1999 yang mencapai 4,75 juta ton.

2. Bawang putih

Berdasarkan laporan Badan Pangan Nasional (Bapanas) pada 23 Februari 2024, stok bawang putih di Perum Bulog hanya tersisa 0,21 ton, padahal kebutuhan bulanan mencapai 55.668 ton. Sebagai respons, pemerintah memutuskan untuk menambah kuota impor bawang putih.

Kuota impor yang ditetapkan mencapai 645.025 ton, lebih tinggi daripada realisasi impor pada 2023 dan 2022, masing-masing sekitar 588 ribu ton dan 574 ribu ton. Ketergantungan pada impor ini terjadi karena produksi bawang putih dalam negeri belum mencukupi. Hampir seluruh kebutuhan konsumsi bawang putih di Indonesia, yang mencapai sekitar 651 ribu ton per tahun, masih harus dipenuhi melalui impor.

3. Garam

Produksi garam di Indonesia saat ini hanya dimanfaatkan untuk kebutuhan konsumsi. Berdasarkan penelitian yang dikutip dari proceeding.s2.upi.edu, hal ini disebabkan karena kualitas garam lokal belum memenuhi standar kemurnian NaCl 97-98 persen, yang dibutuhkan oleh sektor industri. Permintaan industri akan garam dengan kemurnian di atas 97 persen mendorong pemerintah untuk terus mengandalkan impor. Jumlah impor garam ini mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun; pada 2023, total impor garam Indonesia mencapai 2,8 juta ton.

4. Daging

BUMN Pangan, ID Food, memulai proses pengadaan 20.000 ton daging sapi impor dari Brasil, dengan perkiraan kedatangan bertahap setelah perayaan Idul Fitri 1445 H/2024 M. Sepanjang tahun 2024, ID Food diberi tugas oleh pemerintah melalui Badan Pangan Nasional (Bapanas) untuk mengimpor daging sapi sebanyak 20.000 ton dari Brasil.

Meskipun ID Food belum dapat memastikan kuota tahap awal daging sapi yang akan tiba setelah Lebaran karena hal ini melibatkan tim pengadaan, perusahaan juga memiliki tanggung jawab untuk menyeimbangkan persediaan daging sapi nasional menjelang akhir tahun. Langkah ini bertujuan untuk mencegah potensi kelangkaan daging sapi di awal 2025.

5. Susu

Kementerian Pertanian berencana mengimpor satu juta sapi perah selama periode 2025–2029 untuk memenuhi kebutuhan susu segar dalam negeri, termasuk mendukung program gizi gratis.

Rencana ini tercantum dalam bahan paparan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman tentang peta jalan pemenuhan susu segar 2025–2029, yang dipresentasikan dalam rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI di Jakarta, Selasa.

Menurut peta jalan tersebut, impor sapi perah akan dilakukan dari negara-negara seperti Australia, Brasil, Selandia Baru, Amerika Serikat, dan Meksiko. Kementerian Pertanian memproyeksikan kebutuhan susu segar nasional pada 2029 akan mencapai 8,5 juta ton, yang terdiri dari 4,9 juta ton untuk kebutuhan reguler dan 3,6 juta ton untuk program makan bergizi gratis, salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto.

Rencana impor dan target produksi susu hingga 2029 mencakup: 200 ribu sapi pada 2025 dengan produksi susu 1,55 juta ton, meningkat menjadi 300 ribu sapi pada 2026 dengan produksi 2,90 juta ton, dan 400 ribu sapi pada 2027 dengan target produksi 2,07 juta ton.

SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | ANNISA FABIOLA | SUKMA KANTHI NURANI | ANTARA

Pilihan Editor: Potensi Korupsi Denda Impor Beras

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus