Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Indef: Jepang dan Cina Pemegang Tertinggi Surat Utang AS yang Berpotensi Gagal Bayar

Utang Amerika paling banyak dipegang oleh Jepang yang nilainya mencapai US$ 1,8 triliun, kemudian Cina mencapai US$ 870 miliar.

8 Mei 2023 | 15.07 WIB

Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]
Perbesar
Orang-orang berhjalan di samping gedung bank sentral AS, Federal Reserve atau The Fed, September 14, 2008.[REUTERS /Chip]

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Abdul Manap Pulungan mengungkap pemegang surat utang Amerika Serikat atau AS. Saat ini Negeri Paman Sam itu berpotensi gagal bayar utang karena sudah melebihi ambang batas US$ 31,4 triliun, yakni mencapai US$ 31,45 triliun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Kira-kira siapa yang paling banyak pegang utang Amerika? Kalau kita lihat yang paling besar adalah dipegang oleh The Fed dan pihak asing,” ujar dia dalam konferensi pers virtual bertajuk Ekonomi Indonesia di Tengah Pusaran Risiko Gagal Bayar Utang Amerika pada Senin, 8 Mei 2023.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pihak asing tersebut, Abdul menjelaskan, surat utang Amerika paling banyak dipegang oleh Jepang yang nilainya mencapai US$ 1,8 triliun, kemudian tertinggi kedua Cina mencapai US$ 870 miliar, ketiga Inggris mencapai US$ 645,8 miliar.

“Padahal Cina dengan Amerika itu lagi tidak akur, tapi pada data menunjukan utang Amerika itu hampir 900 miliar itu dipegang Cina,” tutur Abdul.

Negara lainnya yang paling banyak memegang utang Amerika yakni Belgia mencapai US$ 332,9 miliar; Luksemburg mencapai US$ 312,9 miliar; Kepulauan Cayman mencapai US$ 283,3 miliar; Swiss mencapai US$ 266,7 miliar; Irlandia mencapai US$ 250 miliar; Kanada mencapai US$ 229 miliar; dan Brazil mencapai US$ 225,5 miliar.

Sedangkan rasio utang terhadap produk domestik bruto atau PDB, pada 2020 rasionya mencapai 120 persen, kemudian meningkat menjadi 123 persen pada 2020. “Hal itu melonjak cukup tinggi sejak tahun 2015,” ucap Abdul.

Sementara perbandingkan PDB dengan utang, dapat dikatakan bahwa PDB Amerika hanya rata-rata tumbuh 1,5 persen per tahun, sedangkan utangnya naik 4,7 persen per tahun.

“Ini yang memunculkan fenomena bahwa semakin tinggi utang ternyata belum mampu meningkatkan pendapatan atau akumulasi dari PDB yang ada,” kata Abdul.

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini

M. Khory Alfarizi

Alumnus Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon, Jawa Barat. Bergabung di Tempo pada 2018 setelah mengikuti Kursus Jurnalis Intensif di Tempo Institute. Meliput berbagai isu, mulai dari teknologi, sains, olahraga, politik hingga ekonomi. Kini fokus pada isu hukum dan kriminalitas.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus