Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Aviliani menyoroti peningkatan investor retail lokal pada pasar saham Indonesia. Ia meminta agar Presiden Prabowo Subianto mendukung perusahaan melakukan IPO di bursa saham untuk mendongkrak jumlah investor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Pak Prabowo harus mendukung juga ya, harus sekali-sekali buka di bursa supaya membuat para investor ini yakin,” kata Aviliani dalam sesi diskusi daring yang ditayangkan melalui akun YouTube Universitas Paramadina, pada Jumat, 11 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pernyataan itu disampaikan Aviliani saat menanggapi fenomena peningkatan pembelian saham oleh para investor lokal saat masa trading halt III pada 8 April 2025. Kala itu, Bursa Efek Indonesia mencatat terjadinya pembelian saham dari investor retail domestik dengan total Rp 3,9 triliun. Sementara itu, para investor asing melakukan net sell mencapai Rp 3,8 triliun.
Aviliani mengatakan dominasi para investor retail domestik di bursa saham bisa berdampak terhadap perputaran ekonomi dalam negeri. “Ini adalah cerminan baik di Indonesia bahwa sudah baik dari sisi retail, tinggal bagaimana korporasi untuk ditingkatkan terus emitennya,” ujar Aviliani.
Menurut dia, banyaknya jumlah emiten berpengaruh terhadap pasar modal. “Emiten kita sekarang sudah sampai 951 tuh luar biasa.”
Ia juga menyoroti perusahaan milik keluarga yang mendominasi Indonesia. Ia pun menyarankan agar perusahaan milik keluarga melakukan IPO. “Supaya masyarakat bisa menikmati dan perusahaan tetap ada meskipun pendirinya sudah mulai tidak bisa menanganinya,” kata dia.
Direktur Utama Bursa Efek Indonesia Iman Rachman mengungkap investor ritel domestik membeli saham ketika investor asing menjualnya pada hari di mana trading halt terjadi, Selasa, 8 April 2025. Iman mengatakan, transaksi jual saham (net sell) dari investor asing mencapai Rp 3,8 triliun dari total transaksi sebesar Rp 20,9 triliun.
Sementara itu, investor ritel domestik melakukan pembelian (net buy) sebesar Rp 3,9 triliun, diikuti dengan investor institusi domestik sebesar Rp 0,9 triliun. “Jadi ternyata kalau kami bicara likuiditas, penopang utama pada 8 April itu adalah dari investor ritel domestik,” kata Iman.
Sementara itu dalam perdagangan pada 10 April 2025, setelah Trump memutuskan menunda pemberlakuan tarif, net sell dari investor asing sebesar Rp 0,75 triliun dari total transaksi Rp 15,5 triliun. Kemudian, kata Iman, saat IHSG menguat lima persen, ritel domestik mengambil untung dengan melakukan net sell sebesar Rp 1,56 triliun. Sedangkan investor domestik institusi melakukan net buy sebesar Rp 1,75 triliun.
“Ini adalah sebuah gambaran bahwa investor domestik kita cukup punya kepercayaan diri untuk membeli saham-saham kita, karena valuasi saham-saham kita yang blue chip sudah cukup murah dibandingkan di industri,” ujar Iman.
Anastasia Lavenia Y berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Risiko Ekonomi dan Politik Jika Prabowo Menghapus Kuota Impor