EKSPOR tembaga Indonesia, yang digali Freeport di Irian Jaya, tahun lalu menghasilkan 1 devisa sekitar US$ 100 juta - merosot 10%-17% dari tiga tahun sebelumnya. Harga tembaga di pasar dunia sekarang memang lagi parah. Ongkos produksi Freeport, menurut juru bicara perusahaan AS itu di Jakarta, sekitar US$ 0,75 per kg, sedangkan harga pasarannya cuma sekitar $.0,62 per kg. Masih untung, setiap kilo kondensat dari Irian Jaya itu mengandung kadar sembilan permil emas, sehingga ongkos produksi masih impas. Namun, harga tembaga, yang sekarang ini serendah harga setengah abad lalu, hendak diusahakan naik oleh negara-negara pengekspor tembaga. Para wakil pemerintah urusan pertambangan tembaga dari Indonesia, Peru, Zaire, dan Zambia bertemu di Chili, negara yang sangat bergantung pada ekspor tembaga (tahun lalu US$ 1,8 milyar). Pertemuan tadi dihadiri juga negara-negara pengimpor tembaga, yakni AS, Kanada, Yugoslavia, Colombia, dan Jepang. Pertemuan empat hari (3-6 September) yang berlangsung tertutup itu, kabarnya, baru memperingatkan AS agar tidak membatasi impor, seperti direncanakan Presiden Reagan mulai pertengahan Sepember ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini