Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta – Tampilan Jalan Tol Layang atau Elevated Jakarta-Cikampek II atau Tol Japek yang telah dibuka baru-baru ini tampak tak biasa. Tekstur jalur bebas hambatan yang merentang 36,4 kilometer itu terlihat bergelombang, tak seperti lumrahnya jalan layang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kondisi jalan yang bergelombang tersebut sempat membuat warganet bertanya-tanya. Melalui sejumlah media sosial , sembari membagikan foto Jalan Tol Elevated Jakarta-Cikampek II, warganet mempertanyakan keamanan melaju melalui jalur tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjawab warganet, PT Waskita Persero Tbk sebagai kontraktor jalan telah menyampaikan penjelasannya. Direktur utama perseroan, Bambang Rianto, dalam wawancara bersama Kantor Berita Antara mengatakan pembangunan jalan itu sudah sesuai dengan aturan dan regulasi yang ada. Konstruksi jalan ini pun disusun berdasarkan klasifikasinya.
Berikut ini rangkuman alasan jalan tol tampak bergelombang menurut Waskita.
- Dibangun di atas JPO dan jalan tol eksisting
Pembangunan Jalan Tol Jakarta-Elevated diakui rumit karena mesti dibangun di atas konstruksi lain, seperti simpang susun, jembatan penyeberangan orang (JPO), dan jalan tol eksisting. Jalan tersebut juga dibangun di bawah SUTET yang mengalirkan pasokan listrik untuk wilayah Jawa dan Bali. Karena itu, konstruksi jalan mengikuti topografi bangunan di bawahnya.
- Tidak bisa dibangun di sisi samping
Tantangan pembangunan jalan layang ini ialah dikerjakan di lahan dengan konstruksi bertumpuk-tumpuk. Dengan topografi adanya simpang susun hingga JPO, semestinya jembatan ini bisa dibangun di sisi samping. Namun, nyatanya, kontraktor tak dapat menggunakan lahan samping halan tol karena terdapat konstruksi kereta layang atau LRT dan kereta cepat Jakarta-Bandung.
- Elevasi jalan mempertimbangkan keselamatan
Kontraktor membangun jembatan layang dengan ketinggian batas aman. Desain jalan tol dibuat seefisien mungkin untuk mempertimbangkan keselamatan pengguna. Bambang menjelaskan, pembangunan jembatan ini memerlukan clearance area setinggi 5,1 meter dari konstruksi di bawahnya.
Bila dilihat, konstruksi tertinggi di jalur bawah mencapai 13 meter. Seumpama ditambahkan dengan clearance area, jembatan layang dengan titik tertinggi akan dibangun mencapai 18 meter dari permukaan tanah. Kalau jalan itu dibangun dengan tinggi 18 meter dari ujung ke ujung, pengguna ditengarai tak akan nyaman melaju lantaran sama saja dengan melintas di gedung lima lantai.
Dengan perhitungan yang ada, geometrik jalan didesain sesuai dengan regulasi. Dari batas kecepatan yang ditetapkan, kelandaian maksimal mencapai 4 persen dengan jarak pandang henti tak kurang dari 110 meter. Karenanya, jalan terlihat tidak rata dan cenderung bergelombang.
- Menampung kecepatan 60-80 kilometer per jam
Jalan tol layang ini, menurut Waskita, tidak hanya dibuat dengan mempertimbangkan aspek ketinggian. Tapi juga mengakomodasi kecepatan kendaraan. Pihak Waskita mengklaim kondisi jalan yang bergelombang ini didesain untuk mengakomodasi batas kecepatan kendaraan 60-80 kilometer per jam.
Jalan Tol Elevated Jakarta-Cikampek II telah resmi dibuka pada 15 Desember 2019 lalu. Jalan bebas hambatan yang melayang sepanjang 36,4 kilometer itu digadang-gadang akan memecah antrean kendaraan di ruas jalan tol dari dan menuju Jakarta.
PT Jasa Marga Persero Tbk., pengelola Jalan Tol Jakarta-Cikampek, memprediksi pengoperasian jalan layang ini akan meningkatkan lalu lintas harian rata-rata dari 413 ribu kendaraan per hari menjadi 437 ribu kendaraan per hari. Jalan layang juga akan berdampak meningkatkan vehicle/capacity ratio atau VCR.
Pembukaan jalan layang tersebut sudah ditunggu-tunggu oleh pelbagai pihak. Selain memberikan sedikit solusi atas kemacetan di jalur Jakarta-Cikampek, jalan yang diklaim menjadi jembatan layang terpanjang se-Indonesia ini menawarkan alternatif pilihan jalur bagi pengguna kendaraan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | ANTARA