Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - John Ronald Reuel Tolkien atau JRR Tolkien yang lahir pada 3 Januari 1892 di Bloemfontein, Inggris merupakan penulis, akademisi, dan filologi. Ia merupakan profesor Anglo-Saxon serta bahasa dan sastra Inggris di Universitas Oxford. Ia juga merupakan penulis yang terkenal berkat karyanya berjudul The Hobbit (1937) dan The Lord of the Rings (1954-1955).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan Britannica, pada 1960-an, popularitas Tolkien membuatnya menjadi fenomena sosial budaya. Lalu, pada 2 September 1973, ia harus menghembuskan napas terakhirnya di Inggris yang kemudian dikebumikan satu liang kubur bersama sang istri, Edith Mary. Selain melambung dengan karya tulisnya, ia juga terkenal sebagai seorang filolog.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Istilah filologi pertama kali lahir dan berkembang di kawasan kerajaan Yunani, Kota Iskandariyah. Saat itu, filologi diartikan sebagai keahlian untuk mengkaji peninggalan tulisan dari beberapa ratus tahun sebelumnya. Orang Yunani kala itu melakukan filologi untuk menemukan teks yang asli dan mengetahui makna pengarang dengan menyisihkan kesalahan di dalam naskahnya.
Secara etimologis, filologi berasal dari bahasa Yunani, philologia yang berarti kegemaran berbincang-bincang. Kemudian, makna kata ini berkembang menjadi cinta kepada kata sebagai pengejawantahan pikiran. Tidak berhenti di situ, kata ini selalu mengalami perkembangan menjadi perhatian terhadap sastra sampai akhirnya diartikan sebagai studi ilmu sastra. Secara luas, filologi didefinisikan sebagai ilmu bahasa dan studi tentang kebudayaan bangsa yang beradab, terutama dalam bahasa, sastra, dan agama.
Menurut uny.ac.id, intinya, filologi merupakan salah satu disiplin ilmu atau keahlian yang mengkaji dan mempelajari tentang hasil budaya dalam arti luas berupa bahasa, sejarah, dan sastra. Sebagai disiplin ilmu, filologi lahir karena beberapa faktor yang memberikan pengaruh. Menurut buku Pengantar Teori Filologi, berikut faktor penyebab lahirnya filologi sebagai ilmu, yaitu:
- Munculnya informasi tentang masa lalu dalam beberapa karya tulisan
- Anggapan bahwa nilai-nilai dalam peninggalan tulisan masa lalu masih relevan dengan kehidupan sekarang
- Kondisi fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang
- Kondisi sosial budaya yang melatarbelakangi penciptaan karya tulisan masa lampau tidak ada lagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya saat ini
- Kebutuhan mendapatkan hasil pemahaman akurat.
Mengacu Pengantar sastra rakyat Minangkabau, filologi memiliki tujuan sebagai berikut, yaitu:
- Mentransliterasikan teks untuk menjaga keaslian atau ciri khusus penulisan kata serta menerjemahkan teks
- Menyunting teks dengan memperhatikan pedoman ejaan, penggunaan huruf kapital, tanda baca, penyusunan alinea, serta bagian cerita
- Mendeskripsikan kedudukan dan fungsi naskah yang diteliti agar diketahui tempat karya sastra diteliti sesuai jenis sastra dan manfaat karya
- Membersihkan teks dari kesalahan selama penyalinan berulang kali dan merekonstruksi isi naskah sehingga tersusun kembali serta mudah dipahami.
Dilansir sagu.edu, JRR Tolkien merupakan seorang jenius linguistik dan filolog yang terbukti dari kesukaannya mempelajari dokumen lama dalam bahasa mati. Ia mempelajari naskah tersebut untuk melihat bagaimana bahasa mati berubah menjadi bahasa modern.
Pilihan Editor: JRR Tolkien Bapak Fiksi Fantasi yang Ciptakan Bahasa Para Peri