Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Jurus Pelaku Industri Ritel Hadapi Daya Beli Turun, Inflasi, hingga Perang Dagang

AMSC mendorong revolusi ekosistem di dalam industri ritel untuk menghadapi berbagai tantangan seperti tekanan inflasi dan penurunan daya beli

24 April 2025 | 09.00 WIB

Asosisasi Matahari's Suppliers Club. Dok. AMSC-Indonesia
Perbesar
Asosisasi Matahari's Suppliers Club. Dok. AMSC-Indonesia

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi Matahari Supplier’s Club (AMSC) Yvonne telah menggelar Member Gathering 2025 bertajuk Ohana Intimacy in Perfect Harmony. Pertemuan tersebut bertujuan menyatukan para pemain industri ritel dalam menghadapi tekanan inflasi dan penurunan daya beli. “Pemasok dan peritel perlu membangun sinergi baru yang saling menguatkan agar mampu bertahan, bahkan tumbuh di tengah kondisi seperti inflasi, penurunan daya beli, dan kompetisi digital yang semakin ketat,” kata Ketua Umum AMSC Yvonne dalam pidatonya di Hotel Mulia, Jakarta, Rabu, 23 April 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Yvonne menjelaskan, gejolak geopolitik global dan kebijakan ekspor, seperti tarif tinggi ke Amerika Serikat, berdampak signifikan terhadap beberapa sektor unggulan Indonesia seperti tekstil, alas kaki, furnitur, dan hasil laut. Di sisi domestik, daya beli masyarakat kelas menengah dan bawah diperkirakan menurun hingga 4 persen.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Industri juga semakin tertekan dengan pemutusan hubungan kerja sekaligus nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. “Pertemuan ini bukan sekadar silaturahmi, tapi merupakan seruan kolektif agar kita siap menghadapi keadaan,” kata dia. 

Tak hanya itu, Yvonne juga menyoroti tantangan internal seperti biaya ekonomi tinggi, proses perizinan yang kompleks, hingga margin usaha yang terus tergerus karena harga jual ke konsumen tidak dapat menyesuaikan dengan beban operasional. Karena itu, AMSC mendorong revolusi ekosistem ritel.

Yvonne merinci sejumlah cara di antaranya, para pemain retail perlu mentransformasikan produk secara digital, melakukan inovasi agar produk relevan bagi konsumen muda, menekan biaya usaha sekaligus efisiensi, dan menjaga hubungan yang sehat antarpemangku kepentingan. “Kolaborasi terbuka dan berbasis data antara produsen dan retailer. Hubungan yang sehat antar pemangku kepentingan membangun strategi bisnis berkelanjutan,” kata Yvonne. 

Seiring menjalankan sejumlah upaya AMSC juga mengajak pemerintah untuk aktif menciptakan regulasi yang sehat dan adil. Pemerintah diminta menegakkan hukum terhadap praktik yang mengakali harga atau predatory pricing, memberantas impor ilegal, dan mendukung inovasi industri ritel. “Dukungan terhadap inovasi produsen lokal agar bisa bersaing di pasar domestik dan global,” kata Yvonne. 

Meskipun penjualan selama periode Lebaran 2025 mencatatkan penurunan dibandingkan tahun sebelumnya, AMSC mengaku optimistis terhadap prospek pertumbuhan tahun ini. Yvonne menyebut AMSC mengusung semangat positive sum game atau produsen, peritel, dan konsumen saling mendapat nilai tambah. “Ritel offline masih menjadi lokomotif penting bagi perekonomian nasional karena memiliki kontribusi besar, menyerap banyak tenaga kerja, serta menjadi pusat kehidupan ekonomi masyarakat di berbagai daerah,” kata Yvonne.

Adil Al Hasan

Bergabung dengan Tempo sejak 2023 dan sehari-hari meliput isu ekonomi. Fellow beberapa program termasuk Jurnalisme Data AJI Indonesia.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus