Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Ekonomi

Berita Tempo Plus

Mengapa Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Sepi Investor?

Pengembangan kawasan ekonomi khusus pariwisata lesu karena sepi investor. Minimnya aksesibilitas menjadi penyebab.

20 Desember 2024 | 06.00 WIB

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang, Bangka Belitung. kek.go.id
Perbesar
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang, Bangka Belitung. kek.go.id

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ringkasan Berita

  • Warga setempat berpendapat bahwa gagalnya KEK Morotai merupakan bukti buruknya perencanaan pemerintah ketika partisipasi masyarakat lokal diabaikan.

  • Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pengembangan mayoritas KEK sektor pariwisata memang lesu karena minimnya investasi yang masuk.

  • Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics Indonesia Mohammad Faisal menilai cara pengemasan destinasi wisata di beberapa KEK masih tidak sesuai dengan minat wisatawan, baik domestik maupun asing.

KABAR lesunya investasi di kawasan ekonomi khusus (KEK) sektor pariwisata menimbulkan keresahan di Morotai, Maluku Utara. Warga Morotai, Lukman Sibua, mendapat informasi bahwa KEK Morotai termasuk destinasi wisata yang minim suntikan modal.

Lukman khawatir destinasi wisata yang menjadi tumpuan penghidupan warga lokal itu akan dikeluarkan dari status KEK. “Jika itu benar, ini jelas akan merugikan Kabupaten Pulau Morotai,” ujarnya kepada Tempo di Desa Daruba, Morotai Selatan, Pulau Morotai, Rabu, 18 Desember 2024.

Menurut Lukman, program KEK Morotai telah mendorong pembangunan di wilayah Maluku Utara. Program tersebut juga membantu meningkatkan ekonomi warga, meskipun belum signifikan. Karena itu, ia menilai pemerintah seharusnya membenahi perencanaan pengembangan wisata ini.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Budhy Nurgianto dari Ternate, Eka Yudha, dan Riri Rahayu berkontribusi dalam penulisan artikel ini

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus