Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta – Perombakan jajaran pejabat Sriwijaya Air yang membuat situasi perusahaan kisruh, berdampak pada kinerja maskapai. Ketua Umun Asosiasi Serikat Pekerja Sriwijaya Air atau Aspersi, Pritanto Ade Saputro, mengatakan telah terjadi penurunan operasional pesawat setelah entitasnya didera kemelut bisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Peristiwa ini tentu berdampak bagi operasional maskapai. Kami punya total 36 pesawat. Biasanya ada 27 pesawat beroperasi, kini tinggal 12,” ujar Pritanto saat dihubungi Tempo pada Kamis, 25 September 2019.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dengan begitu, ada 15 pesawat yang tidak beroperasi. Penurunan jumlah operasional maskapai dilakukan setelah Sriwijaya Air mengganti jajaran direksinya.
Namun, Pritanto mengatakan manajemen tidak ujug-ujug menonaktifkan 15 maskapai sekaligus. “Dilakukan bertahap. Kemarin sisa 14 pesawat yang beroperasi. Kini tinggal 12,” ucapnya.
Kemelut di tubuh maskapai Sriwijaya Air mulanya diawali saat perusahaan merombak jajaran direksi. Beberapa waktu lalu, tiga perwakilan dari Garuda Indonesia yang dipekerjakan di Sriwijaya Air didepak. Ketiganya adalah Direktur Utama Joseph Andriaan Saul, Direktur Sumber Daya Manusia, dan Direktur Komersial Joseph K. Tendean.
Pritanto mengatakan saat ini pucuk pimpinan dikuasai oleh orang-orang pilihan komisaris Sriwijaya Air. Padahal, sebelumnya, penempatan karyawan-karyawan Garuda Indonesia di Sriwijaya Air dilakukan karena kedua perusahaan terlipat kerja sama operasi atau KSO.
Kerja sama itu diteken sejak November 2018 lalu lantaran Sriwijaya memiliki utang...
terhadap Garuda Indonesia. Pritanto mengatakan saat ini utang tersebut belum diberesi oleh perusahaannya.
Kajadian ini hubungan membuat Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia merenggang. Kemarin, Garuda Indonesia bahkan mencopot logonya di maskapai Sriwijaya Air.
Kisruh itu selain berdampak pada operasional maskapai, juga membuat sejumlah karyawan Sriwijaya Air resah. Mereka menuntut manajemen segera mengelarkan kasusnya dengan Garuda Indonesia agar iklim kerja membaik.
Berbarengan dengan kabar penurunan jumlah operasional maskapai Garuda Indonesia, Tempo menerima salinan surat berupa pemberitahuan penarikan lima mesin pesawat Sriwijaya Group oleh GMF Aero Asia. “GMF akan menarik kembali seluruh engine yang disewakan dan akan melakukan proses removal engine mulai Selasa, 24 september 2019 di hangar GMF Cengkareng,” tulis surat yang dilayangkan kepada Sriwijaya pada 23 September 2019 itu.
Surat yang terkait dengan armada Sriwijaya Air itu diteken oleh Direktur PT GMF AeroAsia Tbk I Wayan Susena. Tempo mencoba menghubungi Wayan melalui pesan pendek dan telepon, namun tak direspons. Tempo juga telah menghubungi Direktur Utama GMF Tazar Marta, tapi tidak memperoleh jawaban.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA