Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pendidikan Tinggi, Sains dan Teknologi (Mendikti Saintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro mengungkapkan, kemitraan antara perguruan tinggi dan industri masih didominasi oleh program magang mahasiswa. Dari data pada 2023, diketahui telah berlangsung sebanyak 1.898 kegiatan pada program tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Ini menunjukkan bahwa ketergantungan pada magang mahasiswa itu mencerminkan lemahnya diversifikasi program kemitraan antara pendidikan vokasi dengan dunia industri,” ucap Satryo dalam Urun Rembug Ekspor Nasional di Kantor Kementerian Perdagangan, Jumat, 6 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satryo menjelaskan, data ini membuktikan diversifikasi kemitraan masih bertumpu pada magang mahasiswa. Padahal, untuk menghasilkan kemitraan yang lebih luas, kata dia, kegiatan tak hanya terbatas pada itu.
Sebab, menurut dia, banyak aspek UMKM yang dapat dikembangkan. “Kalau magang mahasiswa mungkin lebih menguntungkan vokasinya daripada industrinya,” tuturnya.
Oleh karena itu, Satryo meminta perguruan tinggi untuk keluar dari zona nyaman magang mahasiswa. Ia mengatakan kampus harus menjajal program-program baru yang melibatkan industri secara lebih mendalam.
Dengan begitu, kata Satryo, kedua pihak dapat sama-sama menuai manfaat. “Memang dampak dari kemitraan belum terlalu kelihatan,” kata eks Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud ini.
Lebih jauh ia membeberkan jumlah mahasiswa magang nyaris sama dengan keseluruhan jumlah kemitraan. Yang lain, kata Satryo, presentasinya sangat kecil. Sementara dari data yang dilihat Tempo, bentuk-bentuk kegiatan yang tertinggi di bawah magang di antaranya pengabdian masyarakat (409), riset (369), dan dosen tamu (359). Sisanya, semuanya di bawah 300 kegiatan.
Padahal, program-program lain yang tertera dalam daftar itu cukup beragam. Program-program itu di antaranya penggunaan sarana dan prasarana, jasa kepada industri, pendampingan kewirausahaan, kunjungan industri, publikasi ilmiah, penyerapan lulusan, dan kelas industri.
“Pertukaran dosen atau staf antara dunia usaha dan perguruan vokasi itu juga hampir tidak ada, kecil sekali,” kata Satryo, mengomentari program pertukaran dosen yang hanya berlangsung 11 kali.