Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ringkasan Berita
Emas berulang kali mencetak rekor harga tertinggi.
Sinyal penurunan suku bunga picu penguatan harga emas.
Peluang investor untuk menjual atau jadi simpanan jangka panjang.
PASAR emas kian mengilap sejak awal 2024. Komoditas ini beberapa kali bergerak menyentuh harga tertinggi. Dari kisaran US$ 2.000 per troy ons—setara dengan 31,1 gram—pada akhir 2023, harga emas perlahan naik ke kisaran US$ 2.100 per troy ons pada Maret lalu dan menyentuh level US$ 2.200 per troy ons pada April 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Harga emas mencetak rekor baru pada Mei 2024 saat mencapai US$ 2.439 per troy ons. Rekor teranyar pecah lagi pada perdagangan 17 Juli 2024. Harganya menyentuh level tertinggi US$ 2.483 per troy ons sebelum ditutup di level US$ 2.458 troy ons.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi mengatakan kenaikan harga emas kali ini terdongkrak oleh sinyal pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve atau The Fed. Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat melaporkan indeks harga konsumen per Juni 2024 sebesar 3 persen. Angka itu turun dibanding pada bulan sebelumnya yang mencapai 3,3 persen. Secara tahunan, inflasi pada Juni ini terendah sejak Maret 2021. Sedangkan secara bulanan, penurunan ini terjadi pertama kali sejak Mei 2020.
Melihat pergerakan tersebut, Kepala Federal Reserve Jerome Powell yakin inflasi bisa turun ke kisaran 2 persen. Namun bos The Fed itu menyatakan bank sentral tak akan menunggu inflasi mencapai 2 persen untuk menurunkan suku bunga. "Pernyataan inilah yang menjadi harapan investor bahwa pemangkasan suku bunga sudah di depan mata," ujar Ibrahim kepada Tempo, kemarin. The Fed mempertahankan suku bunga di kisaran 5,25-5,50 persen sejak September 2023 hingga rapat terakhir mereka pada 12 Juni 2024.
Research and Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Jonathan Octavianus menjelaskan alasan kenapa pergerakan suku bunga mempengaruhi harga perdagangan emas. Menurut dia, suku bunga yang lebih tinggi cenderung membuat mata uang serta aset investasi lain, seperti emas, tidak memberi imbal hasil yang menarik buat investor. Itu sebabnya sinyal penurunan suku bunga menjadi sentimen positif dalam perdagangan emas akhir-akhir ini.
Faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga emas ini adalah ketidakstabilan geopolitik, seperti konflik militer, krisis diplomatik, serta ketidakpastian politik. Jonathan mengatakan kondisi ini cenderung meningkatkan permintaan terhadap aset safe haven, alias rendah risiko, seperti emas. "Investor sering kali membeli emas untuk melindungi kekayaan mereka dari potensi penurunan nilai aset lain yang lebih berisiko," tuturnya.
Sampai Kapan Harga Emas Meroket?
Warga melakukan transaksi jual-beli perhiasan emas di Pasar Kebayoran, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Ibrahim mengatakan masih ada ruang buat emas kembali memecahkan rekor. Setidaknya hingga akhir Juli ini, dia memperkirakan harganya dapat mencapai US$ 2.500 per troy ons. Tren kenaikan ini diperkirakan bertahan sampai akhir tahun. Pasalnya, para pelaku pasar masih berharap The Fed betul-betul menurunkan suku bunga. Selain itu, konflik di beberapa lokasi masih terjadi seperti antara Rusia dan Ukraina serta Israel dan Palestina.
Jonathan pun memantau para pelaku pasar sekarang berekspektasi The Fed memangkas suku bunga sebesar 25 basis point pada September mendatang. Setelah itu pasar memperkirakan masih ada pemangkasan satu kali lagi pada Desember, salah satunya setelah meredanya tekanan pada inflasi. Namun, apabila data ekonomi Amerika ke depan menunjukkan hal sebaliknya, dia memperkirakan penguatan dolar serta imbal hasil obligasi Amerika Serikat. "Ini pada akhirnya melemahkan emas karena emas yang tidak memberikan imbal hasil," tuturnya.
Analis pasar uang Ariston Tjendra pun memperkirakan tren kenaikan harga emas ini berlangsung dalam jangka panjang, yakni 1-2 tahun. "Melihat faktor risiko seperti suku bunga dan kondisi geopolitik masih berlangsung, belum ada tanda penurunan harga," katanya. Tentu saja bakal ada pelemahan harga selama periode tersebut karena investor pasti melakukan aksi ambil untung. Namun, menurut Ariston, trennya tetap tinggi.
Petugas menunjukkan koleksi emas batangan Antam di Galeri 24 Pegadaian, Jakarta. TEMPO/Tony Hartawan
Kapan Saatnya Jual Emas?
Pergerakan harga emas global ikut mendongkrak harga emas di dalam negeri. Harga beli emas produksi PT Aneka Tambang Tbk, misalnya, mencapai Rp 1,42 juta per gram kemarin. Sedangkan harga jualnya berada di kisaran Rp 1,29 juta per gram.
Ibrahim dan Ariston mengatakan kondisi seperti ini menjadi peluang buat pemilik emas untuk mengambil untung. Keduanya satu suara bahwa sekarang ini bukan waktu yang tepat buat memulai investasi di sektor emas. "Dari teori investasi, jangan masuk saat harga tinggi," ujar Ariston.
Jika investor berencana masuk, mereka menyarankan agar investasi ini ditujukan untuk jangka panjang dan tak menyimpan semua dananya untuk satu instrumen investasi.
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo