Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indikator Politik menunjukkan approval rating atau kepuasan publik terhadap kinerja Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mencapai 77,2 persen. Data itu berdasarkan hasil survei Indikator berjudul "Persepsi Publik atas Penegakan Hukum, Sengketa Pilpres di MK, dan Isu-isu Terkini Pasca-Pilpres". Survei dilakukan pada 4 - 5 April 2024. Jumlah responden mencapai 1.201 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Direktur Eksekutif Indikator Politik, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan, angka ini sebetulnya menurun bila dibandingkan survei Indikator sebelum pemilu 2024 yakni 78,6 persen pada 12-13 Februari 2024. Namun, angka ini mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan survei pada 17-19 Februari 2024 sebesar 76 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Sebelum Pilpres dari 78 persen ke 76 persen di pertengahan Februari, tetapi di bulan awal April itu ada sedikit peningkatan, tetapi kita cenderung mengatakan stagnan," kata Burhanudin, dalam pembacaan hasil survei via zoom, Minggu 21 April 2024.
Dari 77,2 persen itu, sangat puas sebesar 23,7 persen dan cukup puas sebesar 53,5 persen. Sedangkan, kurang puas sebesar 18,5 persen dan tidak puas sama sekali sebanyak 3,5 persen. “0,8 persen tidak tahu atau tidak jawab,” kata Burhandin.
Burhanudin mengatakan, alasan terbesar masyarakat puas dengan Jokowi karena kerap memberi bantuan kepada masyarakat kecil 31,4 persen, kinerja bagus 25,2 persen, dan membangun infrastruktur 20,4 persen.
Sedangkan, alasan tidak puas karena naiknya harga kebutuhan pokok sebesar 24,4 persen, kurang mampu memimpin 13,8 persen, kurang berpihak kepada rakyat kecil 10,1 persen, bantuan tidak merata 9,6 persen, dan kinerja buruk 7,9 persen. Dari semua alasan itu, hanya satu alasan yang berhubungan demokrasi yaitu Jokowi dianggap otoriter sebesar 0,2 persen.
“Alasan ketidakpuasan publik beda dengan kalangan kelas menengah yang berbicara soal demokrasi. Isunya justru ekonomi ketimbang isu demokrasi dan dinasti politik,” kata Burhanudin.
Adapun survei ini dilakukan kepada masyarakat berusia 17 tahun ke atas atau sudah menikah dan memiliki ponsel, sekitar 83 persen dari total populasi nasional. Sampel dipilih melalui metode Random Digit Dialing (RDD) sebanyak 1.201 responden. RDD adalah proses pembangkitaan nomor telepon secara acak.
Margin of error survei diperkirakan kurang lebih 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen, asumsi simple random sampling. Wawancara dengan responden dilakukan lewat telepon oleh pewawancara yang dilatih.