Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Mengapa KAI Commuter Butuh Tambahan Kereta Baru

Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto bicara soal kebutuhan kereta rel listrik baru untuk penumpang yang kian bertambah.

2 Februari 2025 | 12.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto memberi keterangan pers saat acara Sosialisasi dan Konferensi Pers: Capaian Kinerja/Performa KAI Commuter Selama Tahun 2024, dan Penerapan GAPEKA 2025, di kantor pusat KAI Commuter, Jakarta, 30 Januari 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ringkasan Berita

  • Armada baru PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter berupa satu rangkaian kereta rel listrik yang terdiri atas 12 gerbong tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada Jumat, 31 Januari 2025.

  • Penumpang berpotensi makin berdesakan tanpa tambahan kereta baru di semester II 2024 dan semester I 2025.

  • Tambahan kereta tersebut diharapkan bisa memenuhi kebutuhan penumpang Commuter Line yang ditargetkan tembus 383 juta orang pada tahun ini.

ARMADA baru PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) atau KAI Commuter akhirnya datang. Satu rangkaian kereta rel listrik yang terdiri atas 12 gerbong tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada Jumat, 31 Januari 2025. Secara bertahap, sisa 10 rangkaian kereta lain bakal berdatangan pada tahun ini.

KCI memesan kereta dari perusahaan asal Cina, CRRC Qingdao Sifang, sejak tahun lalu. Armada tersebut dibutuhkan untuk mengganti kereta-kereta yang sudah harus pensiun. Kereta produksi Negeri Tirai Bambu itu lebih murah ketimbang bikinan Jepang atau Korea Selatan. Selain harga yang murah, faktor lain yang menjadi pertimbangan adalah spesifikasi teknis. KCI menyatakan KRL dari perusahaan Cina itu dapat memenuhi spesifikasi teknis dan waktu pengiriman yang sesuai dengan persyaratan perusahaan.

 
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia Asdo Artriviyanto mengatakan langkah impor terpaksa diambil lantaran perusahaan dikejar waktu. Penumpang berpotensi makin berdesakan tanpa tambahan kereta baru di semester II 2024 dan semester I 2025. "Saat itu, kami mengambil keputusan mencari manufaktur mana yang bisa lebih cepat mengirim kereta. Salah satunya importir dari Cina ini yang sanggup dalam 12 bulan," katanya pada Kamis, 30 Januari 2025. 

Selain mengimpor, perusahaan memesan kereta baru dari PT Inka (Persero). Dari total 16 rangkaian yang dipesan, sebanyak 12 kereta bakal selesai pada tahun ini. Tambahan kereta itu diharapkan dapat memenuhi kebutuhan penumpang Commuter Line yang ditargetkan tembus 383 juta orang pada tahun ini. Jumlah tersebut naik sebesar 107 persen dibanding pada 2024. Berikut ini petikan wawancara Asdo kepada wartawan yang di antaranya menjawab pertanyaan Tempo pada Kamis, 30 Januari 2025.

Direktur Utama KAI Commuter Asdo Artriviyanto saat acara Sosialisasi dan Konferensi Pers: Capaian Kinerja/Performa KAI Commuter Selama Tahun 2024, dan Penerapan GAPEKA 2025, di kantor pusat KAI Commuter, Jakarta, 30 Januari 2025. TEMPO/Martin Yogi Pardamean

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Butuh berapa lama hingga armada baru bisa dipakai?
Kami perlu uji coba lebih dulu. Untuk uji pertama itu adalah 4.000 kilometer. Nanti melintasi Jabodetabek. Jadi nanti, kalau kelihatan ada KRL baru lewat, ya, itulah nanti calon untuk menambah kapasitas.

Semua armada ini bisa dipakai pada tahun ini?
Bisa, tapi bertahap, ya. Ada 11 train set dari CRRC, Cina, dan ada 12 train set dari PT Inka pada tahun ini. Jadi total ada 23 KRL baru nanti. Mudah-mudahan pada semester dua nanti terasa dampak peningkatan kapasitasnya.

Selain menambah armada, apakah ada rencana menambah rute?
Sampai saat ini belum ada, ya, karena kami juga masih punya keterbatasan sarana.

Rencana penutupan Stasiun Karet menjadi perhatian banyak pengguna KRL. Jadi bagaimana nasib Stasiun Karet?
Ini jadi trending topic, ya. Jadi, Stasiun Karet ini dari dulu tidak ada rencana penutupan, tapi diintegrasikan. Ini sebenarnya rencana sudah lama. Sejak 2020, kami bekerja sama dengan Pemerintah Daerah DKI Jakarta, LRT, dan MRT untuk pengelolaan kawasan di seputar Dukuh Atas. Kalau dilihat, ada skybridge yang menghubungkan dari Dukuh Atas ke Sudirman. Terus, dari Stasiun Sudirman, kami bikin selasar ke arah Stasiun BNI City. Ya, itu sebenarnya untuk mengintegrasikan. Nanti Stasiun Karet itu kami integrasikan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kondisi Stasiun Karet sudah tidak memenuhi syarat untuk naik-turun penumpang. Karena itu, penumpang akan naik-turun melalui Stasiun BNI City yang lebih nyaman, lebih bagus, dan peronnya lebih luas.

Asdo Artriviyanto

Pendidikan
S-1 Ekonomi dan Studi Pembangunan di Universitas STIE Kerjasama, Yogyakarta, 1999

Karier

  • 30 Mei 2023-sekarang Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia
  • Januari-Mei 2023 President Director PT Reska Multi Usaha (KAI Services)

  • 2021-2023 Executive Vice President Corporate Secretary PT KAI (Persero)

  • Juli-September 2021 Executive Vice President PT KAI (Persero) Daerah Operasi 6 Yogyakarta

  • 2019-2020 Corporate Deputy Director of Passenger Transport Marketing and Sales PT KAI (Persero) 


Akses dari wilayah Karet masih akan dibuka?
Nah, pelanggan tetap bisa mengakses dari Stasiun Karet. Karet tetap kami buka. Dengan diintegrasikannya kedua stasiun ini, nanti kawasan Karet menjadi area publik, termasuk di situ akan dibuat tenant-tenant yang bagus, rapi. Konsepnya sudah ada. Jadi pelanggan bisa menikmati wilayah Stasiun Karet ini menjadi tempat bagi pedestrian, tempat jajan juga.

Bagaimana persiapan integrasinya sekarang?
Ini kami sedang dalam progres pembuatan selasar. Kanopi di Stasiun Karet disambung dengan Stasiun BNI City. Kemudian di paling ujung barat Stasiun BNI City sudah kami buatkan hall dan akan dipasang gate di situ. Jadi penumpang dari pintu Stasiun Karet bisa langsung masuk ke Stasiun BNI City, tidak perlu jauh-jauh sampai ke timur atau ke tengah. Insya Allah pada April sudah selesai semua. Masinis itu paling stres di daerah situ. Bahasanya, baru ngegas, ya, udah ngerem lagi. Sampai BNI City, baru ngegas, ngerem lagi di Stasiun Sudirman.

KCI punya rencana menerapkan loket digital. Bagaimana implementasinya saat ini?
Untuk ini, kami menyesuaikan, ya. Kalau di kota-kota besar, pasti kita secara mudah menjumpai pembayaran digital, misalnya dengan QRIS. Namun untuk di daerah-daerah memang kami masih batasi.

Untuk awalnya akan kami coba di stasiun-stasiun besar, yang mayoritas masyarakatnya sudah familier dengan QRIS. Di daerah lain yang belum familier dengan sistem digital tetap kami bisa layani secara manual, ya, melalui loket, atau melalui vending machine

Apakah Anda naik KRL juga?
Setiap hari, dong. Kan punyanya KRL. Ha-ha-ha. Saya tinggalnya di Sudirman. Jalan sudah sampai Stasiun Sudirman, kalau enggak, ke Stasiun BNI City.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus