Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Budi Santoso menyoroti empat komoditas utama untuk mencapai swasembada pangan, yakni beras, jagung, gula, dan garam. Dia mengatakan, apabila swasembada pangan empat komoditas tersebut dapat tercapai, berpotensi menghemat devisa negara sebesar US$ 5,2 miliar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Penghematan ini bisa digunakan untuk keperluan lain, misalnya (penyediaan) pupuk untuk pertanian maupun kebutuhan perikanan,” ujar Budi dalam Rapat Koordinasi Bidang Pangan di Surabaya, Jawa Timur, Selasa, 7 Januari 2025 dikutip dari keterangan tertulis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengakui, impor keempat komoditas tersebut memiliki nilai cukup besar selama lima tahun terakhir. Namun, Budi mengklaim, pada periode 2020 hingga 2024, tren impor gula dan garam cenderung menurun.
Selain itu, Budi juga menyoroti beberapa produk pangan lain yang dinilai mampu menunjukkan keberhasilan swasembada pangan. Indikatornya, kata dia, dari surplus yang diarahkan untuk kebutuhan ekspor. Salah satunya adalah minyak kelapa sawit atau crude palm oil (CPO) yang memiliki pangsa ekspor nasional sebesar 11,2 persen.
Sebelumnya, performa ekspor sejumlah komoditas selama lima tahun terakhir membuat Menteri Perdagangan Budi Santoso optimistis Indonesia bisa swasembada pangan. Lima komoditas yang ia maksud adalah beras pandan wangi, gula, telur ayam, hingga daging ayam ras.
Budi mencatat, tren ekspor beras pandan wangi dalam kurun waktu 2019 hingga 2023 naik sebesar 16,09 persen. Sementara, tren ekspor gula naik 1,80 persen. Kemudian, ekspor telur ayam menunjukkan tren kenaikan sebesar 93,96 persen dan tren ekspor daging ayam ras naik 33,79 persen.
“Tren ekspor yang baik ini bisa menjadi pertanda bahwa Indonesia mampu menjalankan swasembada pangan bila eksekusinya profesional,” ujar Budi melalui keterangan tertulis Jumat, 27 Desember 2024.
Di samping itu, Budi juga menyoroti produk olahan pertanian yang berkontribusi cukup tinggi pada ekspor nasional, yakni minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO). Dia mencatat, pada periode Januari hingga Oktober 2024, nilai ekspor CPO dan turunannya mencapai US$ 22,92 miliar dengan volume ekspor 32,68 juta ton. Meski volumenya tinggi, Budi mengklaim bahwa CPO yang diekspor merupakan sisa setelah kebutuhan dalam negeri tercukupi.
Di periode yang sama, Indonesia telah mengekspor sejumlah bahan pangan dengan volume yang cukup baik. Beberapa komoditas pangan yang telah diekspor pada periode tersebut, antara lain, gula sebanyak 608,56 ribu ton, ikan 509,91 ribu ton, jagung 56,73 ribu ton, bawang merah 13,60 ribu ton, dan susu 10,05 ribu ton.
Pilihan Editor: Daftar Sejumlah BUMN yang Berpeluang Merger di 2025