Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ahad pagi, 29 Oktober 2023, pukul 06.25 WIB, Tempo tiba di Stasiun Bandung, Jawa Barat, untuk perjalanan pulang dari Kota Kembang menuju ke Jakarta menggunakan Kereta Cepat Whoosh. Di pintu selatan stasiun, tak terlihat papan petunjuk bagi penumpang dan saat itu tak terlihat petugas operator kereta cepat PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Padahal papan petunjuk yang berisi informasi tata cara naik kereta feeder sangat diperlukan bagi penumpang, apalagi yang baru kali pertama menjajal kereta cepat Whoosh. Oleh sebab itu, ketika kemudian petugas berseragam PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau PT KAI membantu memanggilkan petugas dengan seragam PT KCIC, penumpang bisa lebih tenang, tak lagi khawatir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Untuk mempermudah para calon penumpang, PT KCIC diharap bisa memperbanyak papan informasi mengenai cara naik kereta feeder di berbagai sudut, termasuk isinya denah lokasi ruang tunggu. Selain itu, juga bisa memperbanyak petugasnya untuk menjawab pertanyaan dari penumpang.
Petugas dari PT KCIC pun menanyakan waktu keberangkatan kereta cepat ke Tempo. Pada tiket tertera pukul 09.02 WIB, dan petugas itu melihat layar ponselnya untuk mencocokkan jadwal tersebut. “Sebentar saya cek dulu,” kata petugas pria itu.
Namun petugas tersebut terlihat bingung. Pasalnya, tercatat pada jadwalnya kerberangkatan kereta cepat pukul 09.01 WIB—lebih cepat satu menit. “Nanti saya tanyakan kenapa ada perbedaan waktu keberangkatan,” ucap dia.
Untuk menaiki Kereta Cepat Whoosh dari Stasiun Bandung, perlu menggunakan kereta api feeder terlebih dahulu untuk menuju ke Stasiun Kereta Cepat Padalarang. Adapun tarif yang berlaku saat ini masih tarif promo Rp 150 ribu sudah termasuk kereta api feeder.
Kemudian, petugas itu menyarankan ke penumpang untuk menaiki kereta api feeder terjadwal pukul 08.27 WIB, yang waktunya lebih dekat ke keberangkatan kereta cepat. “Karena kalau naik yang lebih pagi pukul 07.12 kereta feeder penuh, takut nggak bisa dapat tempat duduk,” tutur petugas itu.
Ditambah lagi, kereta cepat biasanya tiba 2-3 menit sebelum waktu keberangkatan. Namun, jika pun kereta api feeder yang digunakan mengalami keterlambatan dan membuat penumpang kereta cepat tertinggal, maka akan dialihkan ke waktu keberangkatan selanjutnya. Akhirnya Tempo memutuskan untuk menaiki kereta api feeder pukul 08.27 WIB, sesuai saran petugas.
Setelah itu, Tempo diarahkan untuk menunggu di ruang tunggu kereta cepat yang berada di area pintu utara Stasiun Bandung. Berdasarkan pantauan pagi itu, puluhan orang calon penumpang kereta cepat sudah duduk menunggu keberangkatan kereta api feeder. Petugas PT KCIC pun terlihat lebih banyak, melayani berbagai serbuan pertanyaan dari para calon penumpang.
Selanjutnya: Karena waktu keberangkatan masih...
Karena waktu keberangkatan masih panjang, Tempo berinisiatif untuk keluar area stasiun untuk mencari sarapan. Setelah itu sekitar pukul 07.50 WIB, kembali ke ruang tunggu stasiun. Lalu, 10 menit kemudian, salah satu pegawai PT KCIC lain, meminta penumpang keberangkatan kerea api feeder ke Stasiun Padalarang untuk segera masuk ke kereta.
"Yang 08.27, sekarang masuk ya," kata petugas perempuan KCIC di ruang tunggu. Artinya, sekitar 30 menit sebelum kereta api feeder berangkat, penumpang harus sudah ada di Stasiun Bandung.
Naik kereta api feeder
Tepat pukul 08.00 WIB penumpang sudah duduk di kereta api feeder dengan empat gerbong. Kapasitas masing-masing gerbong sekitar 60 tempat duduk. Keretanya cukup bersih dengan interior berwarna putih gading berkelir hijau pada kursinya. Tempat duduknya nyaman.
Namun, bagi yang tidak mendapatkan tempat duduk, terpasang hand strap—pegangan untuk penumpang yang berdiri di dalam gerbong kereta—mirip yang ada di kereta rel listrik (KRL) maupun di light rail transit atau LRT Jabodebek. Pada saat menaiki kereta api feeder, tak ada penumpang yang berdiri memegang hand strap.
“Kereta api feeder akan diberangkatkan menuju ke Stasiun Padalarang, mohon cek tiket dan barang bawaan Anda, jangan sampai tertinggal,” peringatan petugas kereta feeder yang terdengar melalui pengeras suara. Kereta berangkat tepat pukul 08.27 WIB, sesuai jadwal.
Kereta ini hanya berhenti dua kali, pertama di Stasiun Cimahi, tak terlihat penumpang yang turun atau menaiki kereta api feeder dari stasiun itu. Kemudian kedua, berhenti di Stasiun Padalarang pada pukul 08.45 WIB. Artinya, perjalanan memakan waktu sekitar 18 menit dari Stasiun Bandung ke Stasiun Padalarang.
Naik Kereta Cepat Whoosh
Para penumpang langsun turun dari kereta api feeder menuju ke stasiun kereta cepat. Melihat Stasiun Padalarang, secara fisik bangunannya berdiri kokoh, tapi ada beberapa pekerjaan yang belum selesai—ditandai dengan banyaknya spanduk terbentang di bagian dalam stasiun menutupi proyek yang belum selesai.
Setelah itu penumpang diarahkan untuk menaiki tangga berjalan untuk menuju peron kereta cepat. Sebelum memasuki peron, ada beberapa proses yang harus dilalui. Di antaranya ada proses pemerikaan barang bawaan melalui alat pendeteksi logam layaknya di bandara. Setelah itu disediakan pula tempat duduk untuk menunggu waktu keberangkatan kereta cepat.
Atau jika sudah waktunya, bisa langsung menuju gate untuk scanning barcode tiket Kereta Cepat Whoosh. Setelah itu langsung menuju ke peron kereta cepat. “Pak, Bu mohon berdiri di atas garis sebelum kereta berhenti, ya,” kata petugas di peron menggunakan pengeras suara. Pukul 08.59 WIB Kereta Cepat Whoosh berkelir merah putih itu tiba.
Selanjutnya: “Jika pintu kereta dibuka, segera..."
“Jika pintu kereta dibuka, segera masuk, ya. Karena pintu buka tutup otomatis, 2-3 menit saja,” ujar petugas itu lagi. Lantas penumpang terburu-buru segera masuk kereta ketika pintu terbuka. Lalu kereta berjalan sesuai dengan jadwal yang tertera di tiket pukul 09.02 WIB.
Kereta berjalan perlahan, kemudian kecepatannya meningkat sedikit demi sedikit, hingga kecepatan maksimal 350 kilometer per jam. Beberapa imbauan juga disampaikan di dalam kereta. "Kami imbau kepada penumpang untuk tidak membuang sampah sembarangan. Tempat sampah sudah kami sediakan, atas perhatian dan kerja samanya kami ucapkan terima kasih, Whoosh Whoosh Whoosh Yes.”
Di dalam Kereta Cepat Whoosh, beberapa penumpang mengabadikan momen berfoto dengan informasi kecepatan kereta di layar LCD yang terpasang. “Kecepatan Langsung 350 kilometer per jam.” Penumpang juga mencoba berjalan di dalam gebong dan mengaku tidak merasa ada goyangan ketika kereta berjalan. “Di kamar mandi nggak kerasa. Biasanya di kamar mandi goyang," kata salah satu penumpang.
Kereta akhirnya sampai di Stasiun Halim, Jakarta Timur, dan berhenti tepat pada pukul 09.31 WIB. Artinya, perjalanan mulai menggunakan kereta feeder dari pukul 08.27 WIB, lalu Kereta Cepat Whoosh, dari Stasiun Padalarang, Bandung, ke Stasiun Halim, Jakarta, membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Tapi penumpang disarankan untuk tiba 30-45 menit sebelum feeder berangkat, agar bisa lebih nyaman mencari tempat duduk di kereta pengumpan tersebut. Belum lagi waktu menggunakan angkutan feeder lain untuk menuju ke pusat Kota Jakarta.
Untuk melanjutkan perjalanan ke pusat kota, jika menggunakan LRT Jabodebek, dibutuhkan waktu sekitar 5-10 menit untuk menyeberangi skybridge sari Stasiun Kereta Cepat Halim ke Stasiun LRT Halim. Ditambah lagi karena saat ini masih ada belasan rangkaian kereta LRT Jabodebek yang masuk bengkel untuk perawatan, waktu tunggu layanan menjadi cukup lama. Butuh lebih dari 45 menit waktu antara kereta satu dan lainnya (headway) dengan tujuan ke Stasiun LRT Dukuh Atas.
Dengan begitu, dengan kondisi seperti ini, penumpang baru akan sampai di pusat Jakarta sekitar pukul 10.00 atau lebih. Adapun perjalanan dari Bandung ke Jakarta, mulai dari menggunakan kereta api feeder, lalu lanjut menumpang Kereta Cepat Whoosh, dan menggunakan LRT Jabodebek, butuh total waktu 2 jam lebih.