MASA depan IPTN agaknya akan lebih baik bila BUMN itu punya kesibukan mengerjakan pembuatan komponen untuk kepentingan industri pesawat terbang di negara lain. Jalan ke sana sesungguhnya sudah dirintis dengan selesainya program CN 235, bersama Casa. Dengan program itu jika Casa, misalnya, memperoleh pesanan dari Amerika, maka IPTN berhak memasok seluruh komponen bagian belakang termasuk outer wing untuk CN 235 itu. Kini usaha menembus pasar Amerika atau Prancis sedang dicobanya dengan "memaksa" pembelian pesawat tempur F-16 atau Mirage 2000 dilakukan dengan sistem offset -- yang memberi hak kepada IPTN untuk memasok sejumlah komponennya. Awal pekan ini, sebuah tim dari General Dynamics (GD) baru saja usai merundingkan rencana penjuala delapan F-16. "Menurut pengarahan Direktur Utama (B.J Habibie), kami harus mendapat 30%-40% dari nilai kontrak untuk pembuatan komponen itu," kata Sutadi Suparlan, Di rektur Produksi IPTN. Selama beberapa hari ini, memang, Sutadi dan staf sibuk berunding dengan delegasi GD yang dipimpin Dain Hancock Wakil Presiden F-16 Program internasional di Bandung. Jika persyaratan IPTN itu diterima, kata Sutadi, secara langsung produk IPTN bakal mendapat pengakuan standar spesifikasi militer. "Dan itu akan menarik kita berada pada posisi tawar-menawar untuk mengikuti tender internasional bersama, semua perusahaan pesawat AS," kata Sutadi. "Karena upah di sini murah, posisi IPTN sangat bersaing." Tapi jalan masuk menuju pasar Amerika masih panjang, karena Avions Marcel Dassault/Breguet Aviation (pembuat Mirage 2000) dan Panavia (pembuat Tornado) berniat menjual pesawat mereka lewat cara offset juga dengan harga bersaing. "Prosesnya belum selesai, besok kami masih mengadakan perundingan dengan Dassault-Breguet," kata Menteri Habibie selesai menerima delegasi GD.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini