Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Bisnis

Merpati Nusantara Airlines 60 Tahun: Berdiri, Berjaya, Salah Urus dan Pailit

Sempat berjaya pada 2007 - 2010, Merpati Nusantara Airlines akhirnya dinyatakan bangkrut atau pailit oleh PN Surabaya pada 2 Juni 2022.

6 September 2022 | 15.35 WIB

Pesawat MA-60 Merpati Nusantara Airlines. TEMPO/Ika Ningtyas
Perbesar
Pesawat MA-60 Merpati Nusantara Airlines. TEMPO/Ika Ningtyas

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Tiga bulan lalu, tepatnya 2 Juni 2022, maskapai penerbangan Merpati Air dari PT Merpati Nusantara Airlines dinyatakan pailit atau bangkrut oleh Pengadilan Negeri Surabaya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Sebelumnya, maskapai penerbangan pelat merah tersebut merupakan pilihan idaman bagi masyarakat untuk melakukan mobilisasi domestik ataupun mancanegara, terkhusus ke Negara Timor Leste. Akan tetapi, merujuk catatan Tempo, Merpati Air sudah tidak beroperasi sejak 2014, bahkan sertifikat pengoperasiannya atau Air Operator Certificate telah dicabut pada 2015.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sempat Berjaya, Ini Awal Mula Pendirian Merpati Airlines

Berdasarkan laporan Bisnis.com, sebenarnya maskapai ini telah didirikan sejak 6 September1962 dengan basis operasi di Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Bahkan, beberapa saham di Merpati Air diketahui dimiliki oleh beberapa institusi pemerintahan di Indonesia.

Oleh karena itu, pada masa awal berdirinya, Merpati Nusantara Airlines menggunakan pesawat jenis DHC-3 dan DC-3 yang merupakan hasil hibah dari TNI AU. Begitu pula dengan pilot dan teknisinya yang dipasok dari Angkatan Udara Republik Indonesia, maskapai Garuda Indonesia, dan beberapa perusahaan sipil lain.

Pada tahun 1963-an atau satu tahun setelah didirikan, Merpati Air hanya melayani penerbangan perintis, yaitu penerbangan ke daerah terpencil, khususnya di Kalimantan. Namun, tak lama kemudian, Merpati Air akhirnya membuka rute Jakarta - Semarang, Jakarta - Balikpapan, dan Jakarta - Tanjung Karang.

Merpati Air Buka Layanan Komersial

Sementara itu, layanan komersial Merpati Air dibuka pada 1966 di bawah komando Direktur Utama Kapten R. B. Wibisono. Demi memenuhi permintaan pasar dan kebutuhan masyarakat, di masa ini, Merpati Air juga membuka layanan penerbangan ke beberapa wilayah di Papua.

Walaupun membuka layanan komersial, penerbangan perintis oleh Merpati Air tetap dijalankan. Sebab itu, demi menunjang pelayanan tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa alias PBB mengirimkan tiga armada pesawat baru berjenis Twin Otter.

Buka Kerja Sama dengan Maskapai Internasional 

Perkembangan maskapai Merpati Air mulai semakin menjanjikan ketika maskapai ini membuka kerja sama dengan berbagai maskapai luar negeri. 

Merujuk catatan Bisnis.com, Merpati Air pernah menjalin kerja sama dengan Thai Airways International, Japan Airlines, Trans Australia Airlines, Olympic Airways, Lufthansa, bahkan China Airlines. Kerja sama ini otomatis menambah daftar rute perjalanan Merpati Air tidak hanya dalam negeri, tetapi juga mancanegara, seperti ke Singapura dan Malaysia.

Selain pembukaan ruter, kerja sama tersebut juga dituangkan dalam kesepakatan perihal pembelian tiket atau ticketing. Artinya, masyarakat cukup membeli atau memakai tiket Merpati Air, maka sudah dapat terbang dengan beberapa maskapai asing tersebut.

Titik Kejayaan sekaligus Keruntuhan Merpati Air

Kejayaan Merpati Air terasa pada awal abad ke-21. Pada 2007, maskapai ini mulai serius untuk menjalankan program revitalisasi dan modernisasi beberapa armadanya, terkhusus armada untuk penerbangan perintis.

Bahkan, dikutip dari Bisnis.com, pada bulan Juli 2011, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR bersepakat untuk menyuntik anggaran bantuan dan perbaikan maskapai Merpati Airlines sebesar Rp 16 miliar.

Kemudian pada bulan Oktober 2011, Merpati Nusantara Airlines diketahui mulai terlilit utang akibat pembelian avtur. Utang ini diprediksi mencapai Rp 270 miliar atau 16 kali lipat lebih mahal daripada suntikan anggaran dari pemerintah dan DPR.

Kasus korupsi Merpati menambah lengkap kejatuhan maskapai ini. Kasus pengadaan penyewaan pesawat Boeing seri 737-400 dan 737-500 dari Thirdstone Aircraft Leasing terhadap PT Merpati Nusantara Airlines pada 2007 yang merugikan negara US$ 1 juta atau setara Rp 9 miliar pada tahun itu. Tony Sudjiarto General Manager Pengadaan Pesawat Merpati terjerat kasus ini karena pesawat yang disewa tak pernah diterima oleh Merpati.

Di era inilah, Merpati Air mulai kewalahan. Misalnya, pada awal Februari 2014, Merpati Air mulai menangguhkan seluruh penerbangan karena masalah finansial dari berbagai sumber utang.

Akhirnya, permasalahan tersebut berujung pada pemutusan status kolaps pada PT Merpati Nusantara Airlines. Putusan ini diumumkan belum lama ini pada 2 Juni 2022 oleh PN Surabaya.

ACHMAD HANIF IMADUDDIN 

Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus