BANTUAN Jepang kepada ASEAN -- yang dijanjikan Naboru Takeshita, mantan PM Jepang di Manila akhir 1987 -- kini mulai dipenuhi. Bantuan yang US$ 2 milyar itu, disalurkan lewat dua perusahaan Jepang: Japan ASEAN Investment Co (JAIC) dan Japan Development Overseas Co. (JDOC). Sebegitu jauh, baru dua perusahaan swasta Indonesia yang memanfaatkan bantuan itu -- satu hal yang agak mengherankan juga. "Mungkin karena keterbatasan informasi," ujar Ir. R.P. Napitupulu, Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan BKPM. Adalah JAIC yang pertama kali mengulurkan Rp 2,65 milyar, sebagai penyertaan modal kepada PT Bina Usaha Mandiri. Bantuan kedua jatuh pada PT Astra Rubber Seal Industry (ASRI), yang Selasa pekan lalu mulai membangun pabrik paking (oil seal) di Tangerang. Menelan investasi US$ 4 juta (sekitar Rp 7 milyar), pabrik ini 51% modalnya ditanggung Astra, 35 % dibantu JAIC, dan sisanya (15%) merupakan penyertaan modal dari Arai Seisakusho Ltd. Arai adalah perusahaan paking kedua terbesar di Jepang. Pihak Arai juga, yang untuk sementara akan mengelola ASRI. Kelak jika sudah mandiri, akan dikembalikan ke Astra. Waktu itulah JAIC akan melepaskan sahamnya. Dan kemudian, "ASRI akan jual saham kepada masyarakat," kata bos Astra International, William Soeryadjaya. Ngomong-ngomong, JAIC itu bergerak di bidang apa? Menurut perwakilannya di sini, Teiji Imahara, JAIC adalah sindikat keuangan Jepang, yang membantu permodalan usaha kecil dan menengah di ASEAN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini