Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta-Memulai suatu bisnis bukanlah suatu hal yang mudah. Diperlukan berbagai strategi yang akan menjadi kunci kesuksesan menjalankan suatu bisnis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Founder SL Corp Indra Wawan Mai Anggoro atau yang akrab disapa Wawan memaparkan tiga kunci kesuksesan bisnis kulinernya, yaitu mimpi, keyakinan, dan keinginan untuk terus bergerak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
“Saya punya mimpi yang gede, dimana mimpi ini tidak boleh terlekang oleh waktu, terus harus dimimpikan. Mimpi tersebut untuk diri sendiri dan orang lain pastinya,” kata Wawan.
Menurut Wawan, mimpinya tidak boleh hanya untuk dirinya sendiri, melainkan untuk orang lain juga. Ia selalu mempunyai program untuk orang lain, yaitu bagaimana ia bisa berbagi kepada orang lain.
Pria yang mempunyai branding #CEODOYANMAKAN ini mengatakan, kunci suksesnya yang kedua adalah keyakinan yang besar bahwa mimpinya dapat terwujud. Untuk mewujudkan suatu mimpi, diperlukan keyakinan yang besar akan hal tersebut.
Adapun kunci kesuksesan bisnisnya yang terakhir adalah keinginan untuk bergerak. Jika terdapat halangan, seseorang harus bergerak untuk memikirkan jalan keluarnya, jangan hanya berdiam diri lalu menyerah begitu saja.
Ia menuturkan memulai bisnisnya pada tahun 2009, dengan membuka usaha Bebek Goreng H. Slamet di Purwokerto. Seiring berjalannya waktu, bisnisnya pun berkembang dan membuka cabang di berbagai daerah.
Berlanjut pada tahun 2013, Wawan mencoba membuka brand baru, yaitu Sambel Layah. Sambel Layah ini terkenal dengan minuman es teh dalam ukuran jumbo dan juga menu paket hemat seharga Rp 8.500.
Selain kedua brand tersebut, Wawan juga membuka brand lainnya seperti Djago Jowo, #WKWK, Sambel Gebyur, Ayam Geprek Kacang, Bumbu Ireng Yu San, Nasi Goreng Jor Joran, dan masih banyak lagi.
Di bisnis inilah ia menaruh mimpi besarnya. Tidak hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk berbagi dengan orang lain dengan menyediakan bisnis kuliner dengan harga terjangkau.
Sambel Gebyur. Dok. Sambel Gebyur
Di awal pandemi Covid-19, Wawan diharuskan menutup beberapa warungnya. Ia sempat kebingungan untuk menentukan berapa banyak warung yang harus ia tutup. Karena dengan ditutupnya beberapa warung, hal itu dapat mengurangi pemasukan yang akan berpengaruh kepada biaya operasional seluruh bisnisnya.
Di tengah kebingungannya, Wawan berinovasi dengan mengubah konsep dari Bumbu Ireng Yu San menjadi kemasan dan dijual secara online. Bumbu Ireng Yu San dalam kemasan menjadi penyelamat bisnisnya di masa pandemi.
“Warung waktu itu betul-betul kena, jadi itu (Bumbu Ireng Yu San) yang menyelamatkan kami. Bisa lanjutkan, berjalan sampai sekarang,” ungkap Wawan.
Selain perubahan konsep pada Bumbu Ireng Yu San, perubahan konsep juga terjadi pada Pizza Apa Ya. Pada proses perubahan konsep dari kedua brand ini seperti bentuk nyata dari implementasi kunci kesuksesannya selama ini.
Oktober 2020, Wawan berinovasi dengan terjun ke bisnis street food dengan mengenalkan Pizza Apa Ya.
Wawan mempunyai mimpi besar, dimana ia dapat mengembangkan usahanya sehingga dapat membantu sesama. Ia berkeyakinan bahwa mimpi tersebut dapat terwujud, ia pun tidak berhenti untuk bergerak dalam menghadapi masalah yang datang pada bisnisnya.
Selama pandemi ini, ia selalu berada di kantornya, walaupun hanya ditemani oleh satu-dua orang, atau tidak sama sekali. Ia berada di kantornya untuk mencari inspirasi untuk inovasi barunya, sehingga ia terus bergerak.
Menurut Wawan, dengan terus bergerak, maka akhirnya Tuhan akan memberikan jalan. Sehingga ia bisa menemukan jalan keluar dari masalah yang ia hadapi.
Seperti yang terjadi pada penemuan konsep Pizza Apa Ya. Produk yang ditawarkan memang sama, hanya saja konsep penjualannya yang berbeda.
Pizza Apa Ya yang sebelumnya sudah terdapat di #WKWK, akhirnya diubah konsep penjualannya. Mitra yang bekerjasama dengan Wawan menjajakan pizzanya di jalan dengan proses memasak pizza yang lebih mudah. Harga dari Pizza Apa Ya ini cukup murah, hanya dengan mulai dari Rp 10.000.
Pizza Apa Ya ini sudah menyebar dimana-mana, sehingga pada saat ini Wawan kekurangan hampir 25.000 base pizza untuk bisnisnya. Hal ini mengakibatkan adanya sedikitnya penundaan untuk pengiriman.
“Kami sudah ada ratusan mitra, tim kami juga turun. Dalam kondisi seperti ini, alhamdulillah tim kami bisa turun ke jalan-jalan,” ujarnya.
Ia mencoba menanamkan kunci kesuksesannya pada tim dan mitranya. Tapi sayangnya terkadang mengalami kendala. Seperti mitra yang mempunyai mimpi yang sempit, dimana ia tidak mau memperbesar mimpinya lagi dan cepat berpuas hati.
Selain itu terkadang terdapat mitra yang tidak ada kemauan untuk bergerak dan mudah menyerah. Ia bercerita, terdapat mitra yang mudah menyerah dengan kondisi.
Menurut Wawan, mindset mudah menyerah itu harus diubah, agar seseorang dapat bergerak dan terus melangkah.“Saya mempunyai mimpi besar. Mimpi yang gede banget itu yang saya sebar ke tim,” ujar Wawan.
FAIRUS AMANDA PUTRI