Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Penggunaan Bus Listrik di Indonesia Tak Maksimal, Budi Karya Soroti Kurangnya Peran Pemerintah Daerah

Menhub Budi Karya Sumadi meyayangkan masih kurangnya peran Pemda mengakselerasi penggunaan moda transportasi massal bus listrik di wilayahnya.

21 Mei 2024 | 15.04 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Penumpang menunggu keberangkatan bus listrik di kawasan J-City, Medan, Sumatera Utara, Kamis, 4 Januari 2024. Pemerintah Kota Medan meluncurkan empat unit bus listrik gratis yang mampu mengangkut 50-60 penumpang dan ditargetkan akan bertambah hingga 515 unit pada tahun 2025 untuk mewujudkan transportasi umum yang ramah lingkungan di kota tersebut. ANTARA/Fransisco Carolio

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi meyayangkan masih kurangnya peran pemerintah daerah atau Pemda dalam mengakselerasi penggunaan moda transportasi massal bus listrik di wilayahnya. Pasalnya, hal tersebut membuat penggunaan bus listrik di Indonesia tidak maksimal. Padahal, kata dia, bus listrik atau e-mobility saat ini sudah menjadi keharusan.

"Jangankan e-mobility, penggunaan angkutan massal (berbahan bakar fosil) saja kurang," kata Budi Karya ketika ditemui di sela acara Sustainable E-mobility Event di Jakarta, Selasa, 21 Mei 2024

Selain kurangnya peran Pemda, hambatan penggunaan bus listrik di tanah air menurut Budi Karya adalah masih adanya disparitas harga. Hingga saat ini, harga bus listrik bisa 50 persen kali lebih bahkan dua kali lipat lebih mahal ketimbang kendaraan berbahan bakar fosil atau bensin. Walhasi, hanya provinsi dengan kemampuan, seperti DKI Jakarta yang mampu melakukan pengadaan bus listrik.

Sebenarnya, Budi Karya mengklaim pemerintah pusat sudah turun tangan untuk membantu pengadaan bus listrik di daerah. Kementerian Perhubungan melakukannya melalui program pengadaan angkutan masal Buy The Service (BTS) di 10 kota. Saat ini, dua kota di antaranya sudah menggunaan bus listrik. 

"Yang listrik, sudah di Surabaya dan Bandung. Jadi, kami sudah mulai," kata Budi Karya. "Harapannya, APBD (anggaran pendapatan dan belanja daerah) itu ditaruh anggaran-anggaran (untuk bus listrik)," ujar Budi. 

Selanjutnya: Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Yayasan Visi Indonesia Raya Emisi Nol Bersih....

 

Lebih lanjut, Direktur Eksekutif Yayasan Visi Indonesia Raya Emisi Nol Bersih (ViriyaENB) Suzanty Sitorus menuturkan transportasi publik merupakan hak masyarakat untuk mendapat akses transportasi untuk menunjang mobolitas. Oleh karena menjadi hak, maka pemerintah wajib memenuhi. Namun sayangnya, tidak semua daerah mengupayakan hal ini meskipun transportasi publik termasuk salah satu indikator menjadi smart citty.

"Kami dorong Pemda punya transportasi publik yang terintegrasi. Dan karena kita sudah ada elektrifikasi, lebih baik langsung ke bus listrik," ujar Suzanty.

Lagipula, bus listrik berbahan bakar fosil yang banyakk digunakan saat ini merupakan kendaraan pemghasil polusi. Pada akhirnya, moda transportasi jenis ini juga harus diganti kendaraan berbasis listrik.

"Jadi kalau ditanya seberapa urgent, karena ini hak, harusnya sudah disediakan Pemda dan kami dukung kendaraan transportasi yang terintegrasi dan terelektrifikasi," katanya.

Pilihan Editor: Harga Emas Berpotensi Naik Usai Presiden Iran Tewas, Apa Saran buat Investor?

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus