Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Denpasar - General Manager Pertamina Marketing Operation Region V (MOR V) Ibnu Chouldum mengatakan konsumsi bahan bakar pesawat terbang atau avtur di Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, sempat anjlok 35 persen saat erupsi Gunung Agung.
Berkurangnya penjualan avtur, kata Chouldum, lantaran sejumlah maskapai dari luar negeri, khususnya 19 maskapai rute Cina-Bali, menyetop penerbangan. Beberapa wisatawan dari Australia juga batal mengunjungi Bali karena kondisi alamnya dianggap rawan.
“Ada travel warning dari beberapa negara ke Bali. Akibatnya, penjualan avtur terpengaruh hingga turun 35 persen,” ucap Chouldum saat acara Media Gathering Pertamina MOR V dengan sejumlah wartawan dari Jawa Tengah dan Jawa Timur di Hotel Ramada, Denpasar, Rabu, 20 Februari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca: Kenaikan Harga Minyak Dunia Dongkrak Laba Bersih Pertamina EP
Sebelum Gunung Agung bergolak, ujar dia, konsumsi avtur mencapai 2.200 -2.600 kiloliter per hari. Namun, saat sejumlah penerbangan membatalkan jadwalnya ke Bali, permintaan avtur tinggal 1.600 kiloliter per hari. “Padahal konsumsi avtur di Bandara Ngurah Rai tertinggi kedua setelah Bandara Soekarno-Hatta,” tutur Chouldum.
Saat itu, kata Chouldum, Pertamina MOR V hanya menjual avturnya ke pesawat terbang yang melayani wisatawan domestik. Erupsi Gunung Agung diakui Chouldum sempat membuat drop target Pertamina dalam menjual avtur. “Namun, bagaimana lagi, wong itu faktor alam,” ucapnya.
Setelah erupsi mereda, ujar dia, pelan-pelan konsumsi avtur kembali ke titik awal. Apalagi 19 maskapai rute Cina-Bali yang semula berhenti melayani rute itu kembali normal. Hal itu ditandai oleh makin banyaknya wisatawan asal Cina yang berkunjung. “Memang konsumsi avtur belum stabil seperti sebelum erupsi Gunung Agung, tapi pelan-pelan mulai ke titik normal,” tutur Chouldum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini