Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Wimboh Santoso menginginkan Bank Syariah Indonesia bisa membuat produk yang dapat bersaing dengan bank konvensional.
"Produk yang kualitasnya bagus, harga murah, produk bervariasi dan juga bisa diakses masyarkat secara gampang dan juga produk itu bisa menutup gap yang dibutuhkan masyarakat," kata Wimboh dalam diskusi virtual, Rabu, 10 Februari 2021.
Menurutnya, hal itu merupakan salah satu strategi agar lembaga keuangan syariah di Indonesia bisa memenuhi keinginan masyrakat dan mendominasi dari sisi market share.
Lembaga Keuangan Syariah, kata Ketua OJK, juga harus memiliki infrastruktur yang kuat dan lengkap. Hal ini sangat vital dalam mendukung peningkatan competitiveness dengan skala ekonomi yang lebih besar, cakupan produk yang lebih bervariasi.
Infrastruktur tersebut diantaranya kehandalan teknologi informasi, sumber daya manusia yang berkualitas, produk dan layanan yang bervariasi dan berkualitas, serta harga yang murah.
Menurut dia, kelahiran Bank Syariah Indonesia juga harus dilengkapi dengan penyusunan Rencana Bisnis yang detail untuk jangka menengah panjang dan Program Kerja tahun 2021-2025.
Rencana Bisnis Jangka Menengah Panjang dan Program Kerja tahun 2021-2025 Bank Syariah Indonesia juga harus dilengkapi dengan target-target yang jelas karena OJK dan masyarakat menunggu program kerja dan target tersebut.
Rencana bisnis BSI dimaksud, kata dia, akan lebih cepat terealisir untuk mencapai tingkat competitiveness yang tinggi dan cakupan produk serta market share yang besar, apabila BSI fokus kepada pembiayaan sektor UMKM dan Mikro yang terintegrasi dengan ekosistem pengembangan ekonomi syariah di Indonesia.
OJK, kata dia, akan terus konsisten mendorong penguatan kelembagaan jasa keuangan Syariah dengan mengedepankan keunggulan dan diferensiasi produk.
"Serta penguatan permodalan, SDM, dan TI yang mutakhir dalam satu ekosistem pengembangan keuangan dan ekonomi syariah yang terintegrasi dari hulu ke hilir," ujarnya.
Literasi keuangan Syariah yang masih sangat rendah, yaitu sebesar 8,93 persen, jauh tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 38,03 persen. Sementara Indeks Inklusi Keuangan Syariah yang sebesar 9,1 persen juga masih tertinggal dibandingkan indeks nasional sebesar 76,19 persen.
Adapun secara keseluruhan saat ini market share industri jasa keuangan Syariah masih relatif kecil, yaitu sebesar 9,90 persen dari aset industri keuangan nasional. Perbankan Syariah, kata dia, dituntut mampu menyediakan kebutuhan keuangan dalam pengembangan industri halal dan pengembangan Lembaga Keuangan Syariah.
Permodalan yang terbatas, di mana masih terdapat enam Bank Syariah yang memiliki modal inti di bawah Rp 2 triliun dari total 14 bank umum Syariah per Desember 2020.
BACA: Bank Syariah Indonesia Resmi Diluncurkan, OJK: Raksasa Telah Hadir
HENDARTYO HANGGI
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini