Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah berencana meresmikan enam bendungan yang tersebar di wilayah Aceh hingga Nusa Tenggara Barat pada awal 2025. Namun, Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo belum bisa memastikan waktu peresmian infrastruktur tersebut karena masih menunggu jadwal Presiden Prabowo Subianto.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kalau bisa kemarin, tapi kan tergantung beliau (Prabowo)” kata Dody saat ditemui wartawan di Kementerian Pekerjaan Umum pada Jumat, 24 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dody juga mengatakan konsep peresmian belum dibahas lebih detail. Namun, kata dia, ada opsi agar peresmian semua bendungan dilakukan bersamaan dari satu titik lokasi. Sebelumnya, konsep ini diterapkan ketika kepala negara meresmikan Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Jatigede, Jawa Barat, pada Senin, 20 Januari 2025. PLTA Jatigede merupakan satu dari 26 pembangkit listrik di 18 provinsi yang diresmikan serentak.
Sebagai informasi, bendungan merupakan salah satu proyek yang kini menjadi fokus Kementerian Pekerjaan Umum seiring target Prabowo Subianto mewujudkan swasembada pangan. Bendungan menjadi infrastruktur penting untuk mendukung ketersediaan air di lahan pertanian melalui jaringan irigasi.
Adapun berikut enam bendungan yang pembangunanya selesai dan siap diresmikan tahun ini:
Bendungan Rukoh, Kabupaten Pidie, Aceh
Bendungan ini memiliki kapasitas tampung sebesar 128 juta meter kubik. Bendungan Rukoh direncanakan dapat mengairi daerah irigasi seluas 11.950 hektare dengan intensitas tanam 300 persen dalam tiga kali masa tanam. Pembangunan Bendungan ini menghabiskan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp1,7 triliun. Selain untuk mendukung irigasi, Bendungan Rukoh diklaim dapat mengurangi potensi banjir hingga 89,62 persen; menyediakan air baku 0,90 meter kubik per detik; serta memiliki potensi pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dengan kapasitas 140 megawatt.
Bendungan Keureuto, Aceh
Bendungan Keureuto dibangun dengan anggaran Rp 2,73 triliun yang bersumber dari APBN. Bendungan ini memiliki daya tampung 216 juta meter kubik dan dirancang untuk mengairi 9.455 hektare daerah irigasi serta menyuplai air baku sebesar 0,5 meter kubik per detik untuk lima kecamatan di Kabupaten Aceh Utara. Bendungan Keureuto juga berpotensi menghasilkan listrik 6,34 megawatt dan mereduksi banjir di Aceh Utara hingga 30 persen.
Bendungan Jlantah, Karanganyar, Jawa Tengah
Bendungan Jlantah memiliki kapasitas tampung 10,97 juta meter kubik dan bermanfaat untuk irigasi seluas 1.494 hektare. Bendungan yang dibangun dengan biaya Rp 1,02 triliun ini juga diklaim bisa mereduksi banjir hingga 87 hektare, menyuplai air baku 0,1 meter kubik per detik, serta menghasilkan potensi listrik sebesar 0,6 megawatt.
Bendungan Sidan, Bali
Bendungan Sidan memiliki daya tampung 5,76 juta meter kubik dan bisa menyuplai air baku 1,75 meter kubik per detik. Bendungan yang dibangun dengan anggaran Rp 1,8 triliun ini juga diklaim memiliki potensi listrik tenaga mikrohidro sebesar 0,65 megawatt.
Bendungan Marangkayu, Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur
Bendungan Marangkayu dibangun dengan anggaran Rp 191,26 miliar. Bendungan ini berdaya tampung 12,3 juta meter kubik dan bisa menjadi penyedia irigasi untuk sawah seluas 1.500 hektare. Selain itu, mampu menyuplai air baku 0,45 meter kubik per detik dan memiliki potensi pembangkit listrik tenaga mikrohidro sebesar 135 kWh.
Bendungan Meninting, Lombok Barat,, Nusa Tenggara Barat
Bendungan Meninting memiliki kapasitas tampung 12 juta meter kubik dan memiliki manfaat irigasi untuk sawah seluas 1.559 hektare. Bendungan yang pembangunannya menelan anggaran Rp 1,4 triliun ini juga diklaim mampu menyuplai air baku 0,15 meter kubik per detik serta memiliki potensi listrik sebesar 0,8 megawatt.