Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ratu Camilla dari Inggris mengungkapkan suaminya, Raja Charles III, sering bekerja hingga larut malam. Hal itu disampaikannya di sela-sela kunjungan ke negara persemakmuran Samoa, pekan ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengakuan Ratu Camilla mendapat respons dari para pakar. Meski kesibukan Raja Charles sangat padat, kesehatan harus tetap menjadi prioritas. Apalagi usianya sudah tak muda lagi, sudah lebih dari 70 tahun. Psikolog Dr. Mark Rackley mengingatkan bekerja hingga larut malam berisiko bagi kesehatan, terutama gangguan tidur yang bisa mempengaruhi otak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Ketika siklus tidur terganggu, dampaknya adalah gangguan fisik dan kelelahan mental," ujarnya, dikutip dari Hello.
"Bekerja hingga larut malam bisa mengacaukan irama sirkadian, saat kita masih terjaga di kala tubuh ingin beristirahat, juga bisa menyebabkan gangguan tidur yang mengganggu fungsi otak," tambahnya.
Video mapping Raja Charles dan Ratu Camilla dipasang di Sydney Opera House sebagai bentuk penyambutan kunjungan kenegaraan di Sydney, Australia, 18 Oktober 2024. REUTERS/Toby Melville
Bahaya bekerja malam hari
Kerja keras Raja Charles tentu terkait perannya sebagai kepala negara Britania Raya dan negara-negara persemakmuran. Rackley mengingatkan dampak kerja larut malam untuk jangka panjang.
"Jika pekerjaan menuntut untuk sering dikerjakan hingga larut malam akibatnya adalah kurang tidur. Artinya, otak bekerja di siang hari dengan energi yang sudah terkuras. Kurang energi bisa berakibat susah berkonsentrasi, kurang fokus, gangguan emosional dan suasana hati. Kita bisa menjadi apatis, menunda pekerjaan dan dampaknya buat diri kita," paparnya.
Ia juga mengingatkan bekerja larut malam saat suasana sudah sepi juga tak akan meningkatkan performa kita. Yang ada justru sebaliknya karena otak tak bisa bekerja maksimal.