Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prabowo Subianto menegaskan bakal meningkatkan impor produk daei Amerika Serikat untuk menutup defisit perdagangan yang dikeluhkan negara tersebut. Defisit perdagangan menjadi dasar penerapan tarif resiprokal atau timbal balik Amerika Serikat terhadap Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala negara telah memerintahkan kepada Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto untuk bernegosiasi dengan Amerika Serikat. "Ada US$ 17 miliar surplus kita, US$ 17 miliar kita akan beli dari Amerika," ucap Prabowo di tengah Silaturahmi Ekonomi di Menara Mandiri, Sudirman, Jakarta, Selasa, 8 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Presiden mengatakan, ada beberapa komoditas atau produk asal AS yang volume impornya bisa ditambah. Misal gandum, kapas hingga minyak dan gas. “Apa yang kita butuh dari Amerika? Kita butuh LPG US$ 9 miliar, kita butuh BBM, kita bisa impor lagi. Kita butuh alat teknologi. Kedelai kita butuh dari mereka, gandum apalagi, kapas, pesawat terbang,” ujar Prabowo.
Tarif resiprokal adalah tarif timbal balik yang dikenakan Amerika Serikat kepada negara-negara yang mengalami suplus perdagangan dengan AS. Sebaliknya, AS mengalami defisit perdagangan dengan negara-negara tersebut.
Presiden AS Donald Trump pada Rabu, 2 April 2025 mengumumkan kenaikan tarif sedikitnya 10 persen ke banyak negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia, terhadap barang-barang yang masuk ke negara tersebut.
Selain itu, Indonesia juga dikenakan tarif timbali balik. Menurut unggahan Gedung Putih di Instagram, Indonesia berada di urutan ke delapan daftar negara-negara yang terkena kenaikan tarif impor dengan besaran 32 persen.
Indonesia bukan negara satu-satunya di kawasan Asia Tenggara yang menjadi korban dagang Amerika Serikat. Ada Malaysia, Kamboja, Vietnam, serta Thailand dengan masing-masing kenaikan tarif impor sebesar 24 persen, 49 persen, 46 persen, dan 36 persen.
Kantor Perwakilan Dagang AS atau United States Trade Representative (USTR) mengklaim perdagangan Amerika dengan Indonesia mengalami defisit hingga US$ 17,9 miliar pada 2024. Naik 5,4 persen atau US$ 923 juta dari tahun 2023.
Sebelumnya, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto sudah mengatakan rencana negosiasi dengan mengurangi selisih nilai defisit. Ada sekitar 10 komoditas unggulan ekspor dan impor yang menjadi dasar negosiasi kebijakan hambatan non-tarif atau non-tariff measures yang ditawarkan pemerintah Indonesia kepada Amerika Serikat.