Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mata uang rupiah menguat pada penutupan perdagangan hari ini. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memperkirakan rupiah bakal kembali menunjukkan penguatan menjelang tutup tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Data rupiah spot Bloomberg memaparkan pada penutupan sebelumnya rupiah berada pada level Rp 16.235 per dolar Amerika Serikat. Kali ini kurs menguat 92 poin ke level Rp 16.142 per dolar AS. Ibrahim memprediksi penguatan bakal berlanjut. “Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp 16.100 - Rp 16.150 per dolar,” kata Ibrahim dalam analisis rutinnya, Senin, 30 Desember 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia juga mencatat mata uang Indonesia menguat. Pada penutupan akhir pekan, mata uang Indonesia senilai Rp16.251 per dolar AS dan hari ini menjadi Rp16.162 per dolar.
Penguatan rupiah seiring dengan merosotnya indeks dolar AS. Menurut Ibrahim, beberapa faktor eksternal juga memengaruhi pergerakan kurs, seperti volume perdagangan rendah karena liburan tahun baru yang membayangi dan data harian yang kosong minggu ini. China akan merilis data ekonomi penting, yakni survei pabrik PMI pada Selasa, sedangkan survei indikator manufaktur Amerika untuk bulan Desember akan dirilis pada Jumat nanti.
Faktor lain adalah inflasi indeks harga konsumen di ibu kota Jepang tumbuh lebih dari yang diharapkan pada Desember, disebabkan karena meningkatnya tekanan harga. Data pemerintah menunjukkan tetap ada peluang kenaikan suku bunga jangka pendek oleh Bank of Japan (BoJ). Beberapa pembuat kebijakan Bank of Japan, kata Ibrahim, melihat kondisi yang mendukung kenaikan suku bunga.
Pada Jumat pejabat presiden Korea Selatan, Perdana Menteri Han Duck-soo, menghadapi pemungutan suara pemakzulan di tengah krisis politik. Hal ini dipicu oleh sidang pertama Mahkamah Konstitusi tentang darurat militer Presiden Yoon Suk Yeol yang berlaku singkat. “Dorongan untuk memakzulkan Han telah memperdalam krisis, menempatkan demokrasi negara dalam ketidakpastian dan menimbulkan kekhawatiran dari para sekutu,” kata Ibrahim.
Secara terpisah, Bank Dunia telah menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2024 dan 2025. Namun Bank Dunia memperingatkan kepercayaan rumah tangga, bisnis yang lesu, serta hambatan di sektor properti akan tetap menjadi tantangan tahun depan.