Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Bisnis

Rupiah Sempat ke Level Terendah Sejak 1998, BI Klaim Tidak Akan Memicu Krisis Moneter

BI menyatakan depresiasi rupiah saat ini masih dalam batas wajar dibandingkan negara-negara lain di kawasan.

27 Maret 2025 | 08.42 WIB

Ilustrasi uang rupiah. Shutterstock
Perbesar
Ilustrasi uang rupiah. Shutterstock

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia (BI) mengatakan pelemahan nilai tukar rupiah yang sempat menyentuh Rp 16.640 per dolar AS tidak akan berujung pada krisis moneter seperti yang terjadi pada 1998. Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial (DKMP) BI Solikin M. Juhro menyatakan kondisi ekonomi Indonesia saat ini jauh lebih tangguh dibandingkan saat krisis dua dekade lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Secara fundamental, kita masih sangat kuat. Depresiasi rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh sentimen global dan bersifat sementara. Situasi ini berbeda jauh dari krisis 1998, di mana saat itu kita tidak memiliki mekanisme mitigasi yang cukup," ujar Solikin dalam acara Taklimat Media Bank Indonesia tentang Kebijakan Likuiditas Bank Indonesia di Kantor Pusat Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu, 26 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurutnya, pada 1998 rupiah melemah drastis dari Rp 2.800 menjadi Rp 16.000an per dolar AS dalam waktu singkat karena sistem keuangan domestik yang masih dangkal dan cadangan devisa yang minim, hanya sekitar US$ 20 miliar. Saat ini, BI mencatat cadangan devisa Indonesia mencapai US$ 150 miliar. Menurut dia, angka cadangan devisa saat ini memberikan bantalan yang jauh lebih kuat terhadap tekanan eksternal.

Dia juga mengatakan depresiasi rupiah saat ini masih dalam batas wajar dibandingkan negara-negara lain di kawasan. "Kita relatif lebih moderat. Bahkan, tahun lalu Indonesia termasuk salah satu negara dengan kinerja ekonomi terbaik di antara negara-negara setara," kata dia.

Sebagai langkah mitigasi, BI akan terus menjaga stabilitas rupiah melalui intervensi di pasar dan koordinasi kebijakan dengan pemerintah. "Kami memastikan volatilitas tetap terkendali. BI hadir di pasar untuk mengawal stabilitas nilai tukar agar tetap sesuai dengan fundamental ekonomi," ujarnya.

Selain itu, dia menyampaikan BI juga memperkuat regulasi dan mitigasi risiko dengan menerapkan Undang-Undang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan. BI tengah mengembangkan protokol manajemen krisis yang terintegrasi guna menghadapi berbagai tantangan, termasuk dari sektor digital dan teknologi.

Solikin mengatakan pelemahan rupiah saat ini tidak mencerminkan krisis. "Ini lebih ke sentimen jangka pendek. Secara fundamental, ekonomi kita masih kuat. Permintaan sektor korporasi dan rumah tangga tetap terjaga, dan Indonesia masih menjadi salah satu negara dengan pertumbuhan ekonomi stabil," ucapnya.

 

Dinda Shabrina

Lulusan Program Studi Jurnalistik Universitas Esa Unggul Jakarta pada 2019. Mengawali karier jurnalistik di Tempo sejak pertengahan 2024.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus