Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ekonomi

Berita Tempo Plus

Bagaimana Lawless Ekspansi Saat Bisnis Restoran Masih Sulit

CEO Lawless Burgerbar Asia Sammy Bramantyo berbagi cerita soal ekspansi bisnis restoran hingga kegiatan CSR Makan Burger Gratis.

16 Februari 2025 | 15.00 WIB

Sammy Bramantyo, CEO Lawless Burgerbar Asia yang juga basis band metal Seringai di Blok M, Jakarta, 8 Februari 2025. Tempo/Ijar Karim
Perbesar
Sammy Bramantyo, CEO Lawless Burgerbar Asia yang juga basis band metal Seringai di Blok M, Jakarta, 8 Februari 2025. Tempo/Ijar Karim

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Ringkasan Berita

  • CEO Lawless Burgerbar Asia Sammy Bramantyo bercerita soal proyeksi bisnis di tengah kondisi perekonomian yang sulit.

  • Lawless berbagi makan burger gratis untuk sejumlah sekolah dasar.

  • Sammy Bramantyo membagikan rekomendasi jajanan di Blok M.

MENUTUP akhir tahun lalu, Lawless Burgerbar Asia meluncurkan merek dagang baru mereka: Koi No Yokan. Konsepnya berbanding terbalik dengan kedai Lawless Burgerbar yang gelap dan diiringi musik heavy metal. Gerai ini didominasi jendela kaca transparan sehingga memberi kesan terbuka dan ceria, dengan musik-musik Jepang dari pengeras suara.

Namun unsur metal yang menjadi ciri khas Lawless Burgerbar Asia masih melekat. Pendiri sekaligus Chief Executive Officer Lawless Burgerbar Asia, Sammy Bramantyo, mengatakan nama kedai baru mereka terinspirasi oleh album band metal asal Amerika Serikat, Deftones, yang rilis pada 2012 dengan nama yang sama. "Koi No Yokan itu premonition of love. Jadi seperti jodoh yang belum ketemu, tapi kalau sudah ketemu pasti suka," ujarnya pada Jumat, 7 Februari 2025.

Peluncuran gerai ini menandai ekspansi Lawless Burgerbar Asia setelah 12 tahun bergelut dengan bisnis makanan khas Barat. Sammy sudah lama ingin mulai merambah bisnis makanan yang berbeda. Kesempatan bekerja sama dengan Po Noodle Bar mendirikan Iron Fist, restoran yang berfokus pada makanan Amerika dan Cina, memberikan momentum bagi perusahaan untuk melebarkan sayap.

Lawless Burgerbar Asia merupakan pengembangan usaha dari Lawless Jakarta Indonesia. Perusahaan tersebut berawal dari inisiasi mendirikan tempat berkumpul bagi para pencinta otomotif dan musik ekstrem. Grup ini memiliki bisnis di bidang event organizer acara otomotif, pakaian, label rekaman, serta bengkel.

Pada 7 Februari 2025, Sammy membagikan cerita soal ekspansi terbarunya hingga rencana pengembangan Lawless Burgerbar Asia ke depan kepada Kodrat Setiawan dan Vindry Florentin dari Tempo. Wawancara juga dilanjutkan melalui aplikasi pesan. Basis band Seringai ini pun angkat bicara tentang program makan bergizi gratis dari Lawless yang berujung viral. Berikut petikan wawancaranya.

Sammy Bramantyo, CEO Lawless Burgerbar Asia yang juga basis band metal Seringai di resto miliknya Koi No Yokan, Blok M, Jakarta, 8 Februari 2025. Tempo/Ijar Karim

Kenapa akhirnya memutuskan berfokus ke makanan Jepang?

Sebenarnya kami ingin bikin konsep restoran yang di luar American style, tapi kan sudah banyak banget. Kemudian sewaktu dengan Po Noodle Bar membuat Iron Fist, kami setuju karena ingin bikin makanan Asia juga. Sejujurnya Iron Fist menghaluskan jalan Lawless ke makanan Asia. Jadi enggak tiba-tiba bikin "Jepang-Jepangan".

Di tengah kawasan Little Tokyo ini, apa yang membedakan restoran Jepang punya Lawless?

Kami coba pikirkan konsep restoran yang agak berbeda. Maksudnya, kalau lihat restoran-restoran Jepang yang ada di sini kan semuanya tertutup, ada private room. Kami coba balik. Jadi semuanya kaca, transparan. Semuanya terang. Dapurnya kelihatan. Orang-orang bisa nongkrong di luar. Jendelanya bisa dibuka. Jadi benar-benar antitesis restoran Jepang. 

Kami juga tipis-tipis kasih sentuhan ke arah otomotif. Kenapa? Karena waktu pertama kali tempat ini kami ambil, ini terlihat oke banget buat orang sunmori, naik sepeda motor, mobil, sepeda, lari, dan lainnya. Cocok untuk berkumpul dan sarapan. Jadi, kami mau coba image-nya ke sana, mungkin mengundang komunitas-komunitas seperti itu untuk nongkrong di sini. Dengan harapan, mereka stay dan betah di sini. Kami setiap Sabtu dan Minggu buka pukul delapan pagi. Untungnya sih, so far so good.

Sammy Bramantyo

Karier:

  • 2017-sekarang — Co-founder dan CEO Lawless Burgerbar Asia
  • 2012 — Co-Founder and Creative Director Sekepal Aspal
  • 2011-sekarang — Co-founder dan COO Lawless Jakarta Indonesia
  • 2007-2016 — Radio Announcer at Gen FM 
  • 2006-2007 — Radio Announcer at Indika FM 
  • 2000-2006 — Radio Announcer at MTV on SKY 
  • 2002-sekarang — Pemain bas Seringai

Pendidikan:

  • Marketing Economics, Universitas Trisakti

 
Ada rencana untuk membuka gerai baru tahun ini?

Kami akan buka bar di atas Koi No Yokan ini. Kami juga ada rencana mau buka Iron Fist di Jalan Progo, Bandung. Seharusnya September karena sekarang lagi dibangun tempatnya. 

Untuk Lawless Burgerbar, kami ada rencana memanfaatkan network dengan MRT Jakarta. Jadi mereka ada tempat di Dukuh Atas yang mungkin mau kami tempati. Kalau ini sampai jadi, kami ingin buka gerai yang agak kecil saja. Karena di sana hub KRL, Transjakarta, MRT, kalau ada tempat untuk grab and go, mungkin orang yang mau dinner di rumah bisa bawa, atau mau ke bandara bisa bawa.

Selain itu, tahun ini kami ada rencana mau buka beberapa lagi yang brand-nya bukan Lawless Burger seperti Koi No Yokan ini.

Sebelumnya Lawless buat program MBG, makan burger gratis. Itu ide siapa?

Dari saya, dieksekusi tim Lawless Kitchen dan Marketing.

Mau ngecengin makan bergizi gratis?

Ha-ha-ha. Kalau merasa tersentil atau tersaingi ya bagus. Siapa tahu program MBG (makan bergizi gratis) berbenah dan jadi lebih baik. Program makan burger gratis ini program CSR Lawless untuk dukung sekolah-sekolah yang terjangkau oleh kami. Kami targetnya berbagi ke 12 sekolah dasar selama Februari, selesai sebelum bulan puasa.

Seberapa besar kontribusi Lawless Burgerbar Asia untuk pendapatan holding sekarang?

Di grup Lawless, bisnis makanan dan minuman jauh lebih besar. Pendapatan dari Lawless Jakarta misalnya mungkin seperti satu outlet Lawless Burgerbar.

Apakah terjun ke bisnis makanan dan minuman memang passion?

Kalau dibilang dari kecil pengin punya restoran sih enggak. Cuma mungkin suka makan. Tapi ternyata setelah menjalani, kok ternyata enak banget. Buat konsepnya seru, terus ditaruh di tempat yang dikunjunginya juga enak, di tempat-tempat orang jalan-jalan. Melihat toko ramai juga rasanya senang gitu. Jadi semuanya kebayar sih, kalau ramai. Kalau sepi, ada sedihnya juga.

Di tengah kondisi ekonomi seperti sekarang, seperti apa proyeksi bisnis tahun ini

Teman-teman yang bekerja di bank, venture capital, atau capital market bilangnya 2025 tidak lebih baik dari 2024. Tapi kalau misalkan ramalan tersebut akhirnya dijadikan patokan untuk berkembang, kalau menurut gue pribadi, jadinya agak kontraproduktif juga. Maksudnya, gue mungkin akan menjadikannya sebagai a sign of warning, di mana kalau misalkan mau ada pengembangan ke depannya, kuncinya harus lebih berhati-hati, harus lebih mengenal pasar, mengetahui product positioning, dan apakah harganya cocok dengan pasar yang ingin kami tuju. Lalu unique selling point juga harus lebih dieksplorasi lagi. Jadi, kalaupun misalkan sekarang kuenya sudah tidak terlalu besar, pastikan kalau kami dapat satu slice gitu. Kalau tidak, ini akan jadi investasi gagal.

Selain soal kondisi ekonomi, apa tantangan terbesar untuk bisnis makanan dan minuman?

Persaingan. Sekarang makin banyak pemainnya. Tren tersebut mau tidak mau, suka tidak suka, membuat pasarnya saturated, mungkin lesu. Terlalu banyak pilihan, membuat masyarakat tidak loyal dengan satu brand.

Kami harus outsmart mereka-mereka itu. Dari segi kreativitas program, mungkin produk, mungkin tampilan. Lokasi juga penting karena contohnya begini: kami ada enam outlet Lawless Burgerbar, semua produknya sama, standarnya sama, kualitasnya juga diusahakan sama. Namun, ketika bicara lokasi, di Bekasi dan Pantai Indah Kapuk, misalnya, tidak sebagus Blok M atau Menteng.

Dengan tantangan seperti itu, bagaimana strategi yang disiapkan perusahaan?

Sekarang kami utamakan kehati-hatian. Mungkin kami bisa mengambil pasar tertentu dengan modal dan risiko yang lebih kecil. Maksudnya begini, kalau dulu proyeksinya kami buat restoran seperti di Bekasi dengan luas 600 meter persegi, bangun sendiri, yang modalnya mungkin bisa Rp 4-5 miliar gitu. Sekarang kami berfokus dengan modalnya Rp 1 miliar dan bisa buat tiga bisnis dengan konsep yang mungkin kami bedakan, lokasinya dipilih yang paling ramai. Dengan harapan, jika satu gagal, yang lainnya masih bisa menutup lubang. Sambil kami pikirkan pivotnya mau ke mana dengan aset yang kami punya. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Sammy Bramantyo, CEO Lawless Burgerbar Asia yang juga basis band metal Seringai di resto miliknya Koi No Yokan, Blok M, Jakarta, 8 Februari 2025. Tempo/Ijar Karim

Bisa berapa persen pertumbuhan bisnisnya tahun ini?

Wah, kalo harapannya sih 50 persen. Tapi ya itu sih gila lah ya. Harapan gue pribadi, bisa dapat 30 persen sudah sangat baik.

Ada rencana untuk cari pendanaan lain dari luar?

Sejujurnya mulai kepikiran. Selama ini kami kalau mau buka sesuatu selalu pakai modal sendiri. Ketika satu untung, dananya digunakan untuk membuka bisnis kedua. Begitu seterusnya. Nah ini kurang cepat buat kami. Makanya kami mulai explore venture capital, private equity, sampai IPO karena kami merasa pergerakan kami kurang cepat.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

 

Rekomendasi Sammy

Punya sejumlah gerai kuliner di Blok M, pendiri dan Chief Executive Officer Lawless Burgerbar Asia, Sammy Bramantyo, punya banyak kesempatan untuk menjelajah kawasan tersebut. Ia sering berburu kudapan di sana. Belakangan, gerai makanan dan minuman makin menjamur di kawasan tersebut hingga menjadi salah satu destinasi wisata kuliner paling hits di Jakarta. Berikut lima kuliner Blok M yang patut dijajal menurut Sammy:

1. Mack's Creamery. Selain rasa es krimnya enak, Sammy terkesan dengan branding-nya yang bagus, dari kemasan hingga desain interior gerai yang menarik. Namun antreannya memang panjang.

Alamat: Jalan Melawai III Nomor 10
Waktu operasional: Senin-Minggu, pukul 12.00-22.00
Kisaran harga: mulai dari Rp 35 ribu

2. Little Salt Bread. Cocok untuk pengunjung yang belum pernah mencicipi roti jenis salt bread khas Korea Selatan. Gerainya persis di sebelah Mack's Creamery. Di sini, antreannya juga masih sering mengular.

Alamat: Jalan Melawai III Nomor 10
Waktu operasional: Senin-Minggu, pukul 14.00-22.00
Kisaran harga: mulai dari Rp 17 ribu.

3. Sumi to Kome. Restoran Jepang ini letaknya cukup tersembunyi di belakang Blok M Square. Berjalan menuju tempat ini mengingatkan Sammy pada Blok M yang menawarkan paket lengkap untuk kuliner. Dia harus melewati pedagang-pedagang kaki lima yang kontras dengan bangunan restoran yang megah seperti hanggar. Sammy memuji rasa makanannya.

Alamat: Jalan Sultan Hasanudin Dalam
Waktu operasional: Senin tutup, Selasa-Kamis dan Minggu pukul 17.30-02.00,
Jumat dan Sabtu pukul 17.30-02.00
Kisaran harga: di atas Rp 200 ribu per orang

4. Nasi Bistik Simpang. Di gerai ini, nasi goreng bistik dan nasi goreng merah jadi primadona bagi Sammy. Namun ada satu menu yang juga patut dicoba, yaitu nasi goreng kepiting dengan harga Rp 180 ribu. Menurut Sammy, harganya sepadan dengan daging kepiting yang disajikan.

Alamat: Underpass Mal Blok M unit LA-103
Waktu operasional: Senin-Minggu pukul 11.00-19.30
Kisaran harga: mulai dari Rp 20 ribu

5. Matchaman. Toko ini berfokus menyajikan minuman yang berbahan matcha, teh hijau dari Jepang. Pencinta matcha bisa melihat langsung proses pembuatannya sebelum menikmati menu yang dipilih.

Alamat: Jalan Sultan Hasanuddin Dalam Nomor 3
Waktu operasional: Senin-Minggu, pukul 09.00-22.00
Kisaran harga: mulai dari Rp 40 ribu

 Susah kah mencari pendanaan?

Sejujurnya tidak. Tapi kaminya yang masih belum yakin maunya seperti apa ketika ada capital masuk. Jadi, sekarang tahapnya masih belajar, tanya kanan-kiri, untuk bisa memutuskan skenario bisnis seperti apa yang kami butuhkan kalau kami akan memasukkan investor ke dalam. Apakah venture capital, private equity, atau mungkin sekedar loan, atau IPO. Kami masih belum tahu.

Kalau diperhatikan, Lawless Burgerbar hanya ada di Jakarta dan Bekasi. Ini salah satunya adalah, kalau misalnya kami mau ekspansi, kami butuh untuk central kitchen lagi selain yang sekarang ada di Jakarta. Kalau kami sudah ada central kitchen, sayang sekali kalau hanya untuk satu brand, sementara kapasitasnya besar gitu. Jadi harus buat dua-empat toko misalnya. Nah, itu semua harus kami cicil dulu ketika momennya sudah tepat. Walaupun tiga-tiganya bukan Lawless Burgerbar semua, mungkin ada Koi No Yokan, misalnya. Jadi, kami siapkan infrastrukturnya dulu, deh. Kami berpikir belum mau menarik uang dari luar sekarang karena nanti kan ada bunganya, ada kewajiban dan lainnya.

Kalau Lawless Jakarta yang jualan baju dan records enggak ada rencana buka toko baru?

Pernah ada obrolan, cuma enggak pernah dijadiin karena kami masih heavy di online. Traffic ke toko agak menurun. Secara penjualan baik-baik saja, cuma persentasenya lebih banyak ke online. Karena jualan baju, masih bisa dikirim, masih JNE istilahnya. Apa perlu ya? Dan masih belajar dengan teman-teman lain kayak merek-merek lain.

Tadi jualan online baju kan persentasenya lebih banyak. Berapa persen?

Biasanya, kalau jualan online, shifting juga di FnB. Itu tergantung daerah. Maksudnya gini, misalnya Lawless Burgerbar Kemang, persentase online dan offline-nya itu 70 : 30 (persen). Tujuh puluh persen online. Jadi, potongannya bisa dibayangin gedenya minta ampun. Bisa berapa ratus juta per bulan kami cuma kasih commission fee doang. On the other hand, kayak di Blok M, online 10 persen, sekitar 10-15 persen. Sisanya dine-in. Karena orang senang jalan-jalan di Blok M, segala macem, gitu-gitu. Jadi, online enggak terlalu banyak.

Ada saran untuk pemuda yang mau terjun ke bisnis makanan dan minuman?

Tidak usahlah, nanti makin banyak pesaing. Ha-ha-ha. Pokoknya jangan nyemplung dulu kalau belum tahu caranya berenang. Maksudnya, belajar dulu. Jangan buru-buru. Waktu masih panjang. Kerja dulu dengan orang. Misalnya ingin buka kedai kopi, bisa mungkin bekerja dulu di Starbucks atau Anomali atau di toko lain agar dapat ilmunya dulu. Setelah mungkin 2-3 tahun dapat ilmunya, baru coba bikin sendiri. Kalau gagal, masih tetap punya waktu untuk mencoba lagi.

It's important for you to know the process and to know a thing or two about everything. Supaya nanti bisa ikut asistensi ketika menjalankan bisnisnya, misalnya ketika menciptakan produk atau program.

Anda punya pengalaman yang paling berkesan kah sewaktu kecil soal Melawai?

Melawai yang paling berkesan buat gue adalah Melawai Plaza. Sebulan bisa 2-3 kali ke sana untuk beli mainan Dragon Ball Z ke toko langganan, beli game Nintendo, bahkan pernah dibelikan jam tangan pertama oleh (almarhum) bokap di situ. Beranjak SMA juga pernah beli kaset bajakan band-band punk di jembatan Blok M Plaza. Bulungan dan Mahakam juga pernah jadi tempat tongkrongan gue. Kawasan Blok M dan sekitarnya selama ini adalah tempat yang selalu menarik buat gue. 

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Vindry Florentin

Vindry Florentin

Lulus dari Fakultas Ilmu Budaya Universitas Padjadjaran tahun 2015 dan bergabung dengan Tempo di tahun yang sama. Kini meliput isu seputar ekonomi dan bisnis. Salah satu host siniar Jelasin Dong! di YouTube Tempodotco

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus