Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Gerakan Pramuka adalah organisasi pendidikan non-formal yang menyelenggarakan pendidikan kepanduan di Indonesia. Gerakan ini didirikan pertama kali pada 25 Juli 1907 oleh Robert Baden Powell, Bapak Pramuka Dunia. Setelah masuk ke Indonesia, siapakah Bapak Pramuka Indonesia?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Melansir dari laman resmi Pramuka Indonesia, kata Pramuka adalah singkatan dari Praja Muda Karana, yang memiliki arti Orang Muda yang Suka Berkarya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Adapun “Pramuka” merupakan sebutan bagi Anggota Gerakan Pramuka yang terdiri dari empat golongan berdasarkan usianya, yakni Pramuka Siaga (7-10 tahun), Pramuka Penggalang (11-15 tahun), Pramuka Penegak (16-20 tahun), dan Pramuka Pandega (21-25 tahun).
Lantas, sebenarnya siapa Bapak Pramuka Indonesia? Simak rangkuman informasi selengkapnya berikut ini.
Profil dan Kiprah Bapak Pramuka Indonesia
Jika di tingkat internasional Bapak Pramuka dipegang oleh Baden Powell, maka Bapak Pramuka Indonesia diduduki oleh Sri Sultan Hamengku Buwono IX. Dia adalah Raja Kesultanan Yogyakarta ke-9 sekaligus gubernur pertama Daerah Istimewa (DI) Yogyakarta.
Sepak terjang seorang Gusti Raden Mas Darojatun atau yang lebih dikenal dengan nama Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam Gerakan Pramuka Indonesia tidak perlu diragukan lagi.
Sejak usia belia, dirinya sudah aktif menggeluti Gerakan kepanduan, di setiap jenjang pendidikannya. Mulai dari sekolah dasar hingga di perkuliahan.
Tak hanya itu, Sri Sultan HB IX juga aktif menyebarkan semangat kepanduan di masa perjuangan. Karena keaktifannya tersebut, Sri Sultan HB IX dinobatkan sebagai Pandu Agung (Pemimpin Kepanduan) menjelang 1960.
Dalam Gerakan Pramuka Indonesia, peran tokoh yang akrab disapa “Kak Sultan” itu sangat besar dan penting. Dia terlibat aktif dalam penyatuan organisasi kepanduan, Gerakan Pramuka, dan seluk-beluk pengembangannya di Indonesia.
Pada 9 Maret 1961, bersama dengan beberapa tokoh lainnya, Sri Sultan Hamengku Buwono IX membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka, yang mengolah Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan mengeluarkan Keputusan Presiden RI No. 238 Tahun 1961. Organisasi Pramuka nasional resmi didirikan pada 14 Agustus 1961
Bersamaan dengan itu, Sri Sultan HB IX pun dilantik menjadi Ketua Kwartir Nasional (Kwarnas) sekaligus Wakil Ketua 1 Majelis Pimpinan Nasional (Mapinas). Selama empat periode, jabatan Ketua Kwarnas diduduki olehnya, yaitu periode 1961-1963, 1963-1967, 1967-1970, dan 1970-1974 atau selama tiga belas tahun.
Di bawah kepemimpinannya, Gerakan Pramuka Indonesia melahirkan berbagai pengembangan baru hingga mendapat penghargaan di tingkat nasional dan internasional. Salah satunya adalah ketika Sri Sultan Hamengku Buwono IX berhasil menggagas peralihan nilai ‘kepanduan’ menjadi ‘kepramukaan’ melalui Renewing of Scouting.
Ia juga menetapkan janji pramuka yang dikenal sebagai Tri Satya Pramuka dan 10 aturan yang harus dipatuhi oleh anggota Pramuka, Dasa Dharma Pramuka. Selain itu, ia juga menetapkan warna seragam Pramuka Indonesia, yang berwarna cokelat muda untuk atasan dan coklat tua untuk bawahan, yang melambangkan elemen air dan tanah.
Kontribusi besar Sri Sultan Hamengku Buwono IX dalam membangun Gerakan Pramuka Indonesia mendapat pengakuan internasional. Pada 1973, ia dianugerahi Bronze Wolf Award oleh World Organization of the Scout Movement (WOSM). Ini adalah penghargaan tertinggi yang diberikan oleh WOSM kepada individu yang berjasa besar dalam pengembangan kepramukaan.
Sebelumnya pada tahun 1972, Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga menerima penghargaan Silver World Award dari Boy Scouts of America. Dalam dunia kepanduan dan kepramukaan, beliau juga dikenal sebagai Pandu Agung, karena peranannya sebagai sosok guru dan teladan bagi Pramuka Indonesia.
Sri Sultan Hamengku Buwono IX meninggal dunia pada 2 Oktober 1988 di Washington, DC, Amerika Serikat, pada usia 76 tahun, dan dimakamkan di kompleks pemakaman Sultan Mataram, Imogiri, Bantul, DI Yogyakarta.
Sebagai penghormatan atas pengabdiannya terhadap Gerakan Kepanduan dan Kepramukaan, tanggal 12 April, yang merupakan hari kelahirannya, diperingati sebagai Hari Bapak Pramuka Indonesia.
Putri Safira Pitaloka | Naomy A. Nugraheni berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan Editor: Sandi Morse Pramuka: Bentuk, Cara Membaca, & Menghafalnya