Antrean panjang minyak solar menjadi pemandangan biasa di beberapa wilayah di Jawa Tengah, sejak pertengahan Agustus lalu. Itu akibat pasokan Pertamina Unit Pemasaran IV Jawa Tengah/DIY ke semua pompa bensin di wilayah itu dikurangi. Kelangkaan itu, kata I Gusti Bagus Wisnu, Kepala Humas Unit Pemasaran IV, akibat Pertamina sedang melakukan pengendalian pasokan solar bersubsidi ke masyarakat.
Sesuai dengan kuota pemerintah, untuk solar bersubsidi tahun ini Pertamina diberi kuota 2,2 juta kiloliter atau 119 kiloliter tiap bulannya. Hingga Agustus, alokasinya sudah mencapai 65,7 persen, padahal mestinya baru 58 persen. Kalau tak dikendalikan, dikhawatirkan kuota tidak cukup. Pertamina mengurangi pasokan hingga 50 persen. Harga solar bersubsidi khusus untuk transportasi Rp 1.325, untuk industri Rp 1.760 per liter.
Tapi anggota DPRD Jawa Tengah, Sutoyo Abadi, curiga kelangkaan solar ini akibat adanya penyimpangan oleh pihak tertentu. Solar untuk transportasi disalurkan ke industri. Tujuannya, mengeruk keuntungan dari selisih harga Rp 435 per liter.
Dari Jakarta, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Purnomo Yusgiantoro mengatakan, pengurangan itu dilakukan untuk mengerem subsidi. Tapi, karena kurang, Pertamina diminta menambah suplai.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini